Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bareksa Prioritas Imbau Investor 'Kaya' Jeli Memilah Instrumen dan Jalur Distribusi Investasi

Bareksa Prioritas Imbau Investor 'Kaya' Jeli Memilah Instrumen dan Jalur Distribusi Investasi Ilustrasi penghitungan kinerja perusahaan. | Kredit Foto: Freepik
Warta Ekonomi, Jakarta -

Mengelola kekayaan nasabah kaya atau High Net-Worth Inviduals (HNWI), merupakan hal yang kompleks, namun dengan agen investasi yang tepat serta tujuan dan ekspektasi dalam berinvestasi akan mempermudah akses dalam menanamkan modal yang besar dan diharapkan akan menghasilkan high return bagi investor.

 

Bagi nasabah kaya, mengoptimalkan portofolio untuk peningkatan pendapatan pasif sudah menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan sehari-hari. Persaingan diantara lembaga-lembaga keuangan konvensional dalam menggaet investasi dari nasabah kaya untuk memarkirkan sejumlah pendapatan di institusi mereka dimulai dari berbagai penawaran ‘super’mulai dari benefit finansial hingga complimentary.

 

Menurut Co-Founder/CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra, tujuan investasi nasabah kaya ini pada dasarnya bisa dijawab dengan banyak alternatif instrumen investasi. “Saat ini, alat untuk berinvestasi tidak lagi terbatas pada wujud fisik seperti tanah, properti, atau emas, tetapi juga obligasi (surat hutang), saham, reksa dana, bahkan bentuk-bentuk pendanaan (funding) yang kerap ditawarkan oleh perusahaan fintech. Meskipun mayoritas masih menarget investor ritel dan milenial, kami rasa sudah saatnya Nasabah HNWI juga mempertimbangkan alternatif investasi dari perusahaan fintech,” tutur Karaniya.

 

Baca Juga: Mengenal Investasi dan Cara-Cara Memulainya

 

Senada dengan pernyataan Karaniya, CEO Jagartha Advisors FX Iwan juga menyatakan perlunya keterbukaan bagi investor kaya terhadap lebih banyak opsi untuk berinvestasi. Namun, Iwan juga menyatakan perlu ada kewaspadaan bagi nasabah-nasabah kaya sebelum memutuskan untuk terjun lebih dalam ke produk-produk investasi, khususnya yang lahir dari perusahaan fintech.

 

“Jika bicara soal investasi di pasar modal, Nasabah kaya seringkali menerima informasi soal perkembangan asetnya dari pihak perusahaan atau agen yang sudah ia kenal dan percaya. Proses interaksi inilah yang sering tidak ditemui pada banyak perusahan fintech berbasis digital. Interaksi dengan agen secara personal mungkin terbatas, sehingga nasabah dituntut untuk lebih mandiri dalam mengawasi portofolionya,” kata Iwan.

 

Baca Juga: Teliti, Syarat Utama untuk Investasi Secara Online

 

Menurut Iwan, produk-produk investasi, khususnya Reksa Dana dari perusahaan fintech memiliki peluang optimalisasi aset yang sama besarnya dengan produk yang dipasarkan oleh agen perbankan, sekuritas atau asset management. Namun, Iwan menuturkan keunggulan fintech terletak pada kecepatan, akurasi, dan pilihan produk Reksa Dana yang lebih banyak dengan data historis yang bisa diakses secara real-time lewat sistem aplikasi.

 

Secara spesifik, jika dilihat dari preferensinya, kelompok HNWI setidaknya memiliki tiga fator pendorong dalam berinvestasi. Dilansir dari Global Family Business Survey oleh KPMG[1], faktor yang pertama ialah apresiasi modal jangka panjang. Hal tersebut merupakan kenaikan nilai aset berdasarkan kenaikan harga pasar. Investasi yang ditargetkan untuk apresiasi modal cenderung memiliki resiko lebih besar.  Sehingga diperlukan penyedia jasa investasi yang memiliki kemampuan dalam pemahaman apresiasi modal.

 

Investor HNWI dapat memilih layanan yang ada untuk berinvestasi. Namun yang juga perlu diingat ialah keahlian pemasaran penyedia layanan. Selain memiliki izin sebagai WAPERD (Wakil Agen Penjual Efek Reksa Dana), fokus layanan juga menentukan pengetahuan tenaga mengenai investasi.

 

Hal ini penting untuk memastikan investor mendapatkan edukasi dan pemahaman yang tepat. Seperti misalnya Bank yang juga menjual produk investasi lainnya seperti Deposito, Tabungan, Bancassurance, Foreign Exchange. Hal ini berarti fokus tenaga akan terbagi dan pilihan produk investasi pasar modal yang ditawarkan terbatas.

 

Sehingga pemahaman terhadap produk dan situasi pasar tidak lebih baik dibandingkan agen penjual khusus yang hanya berfokus pada investasi dan pasar modal saja seperti Bareksa Prioritas yang juga menggandeng Jagartha Advisors sebagai penasihat investasi independen.

 

Yang kedua adalah pendapatan (current income) yang merupakan penghasilan periodik yang diterima investor dari kepemilikan suatu investasi. Hal ini berkaitan dengan pemeliharaan portfolio oleh investor. Khususnya HNWI yang menanamkan modal dengan jumlah besar tentu mengharapkan revenue maksimal.

 

Di peringkat ketiga terdapat diversifikasi portfolio. Sesuai dengan pepatah “don’t put your eggs in one basket”, investor perlu bijaksana dalam mendiversifikasi portfolio agar tujuan investasinya tercapai. Memilih agen investasi yang dilengkapi dengan beragam portfolio dan jasa penasihat investasi sangat berperan untuk membantu investor dalam menentukan porsi portfolio.

 

Baca Juga: Bangga! Pasar Investasi Indonesia Bikin Bangga!

 

Terkait hal ini, Karaniya menekankan perlunya pemahaman akan pengaruh internal dan eksternal terhadap kinerja pasar modal, dimana dampaknya bisa menyebabkan volatilitas nilai Reksa Dana. “Sensitivitas lebih tinggi terhadap pergerakan NAV sering kami jumpai di nasabah kalangan High Net-Worth mengingat jumlah yang mereka tempatkan dalam satu produk Reksa Dana cukup besar. Untuk memastikan nasabah kaya terinformasi dengan baik tentang kondisi pasar dan update produk dengan keuntungan maksimal, kami juga mengandalkan peran advisor yang secara independen mendampingi investor dalam mengalokasikan asetnya. Hal inilah yang saya rasa bisa menjadi nilai tambah bagi investor untuk berinvestasi di Bareksa, khususnya segmen premium melalui Bareksa Prioritas,”tambah Karaniya.

 

Sebagai informasi, untuk bisnis nasabah ritel dan milenial, saat ini Bareksa Portal Investasi (Bareksa.com), telah mencatatkan total dana kelolaan saat ini mencapai Rp2 triliun, tumbuh sekitar 42,86% dibandingkan dengan capaian akhir tahun lalu senilai Rp1,4 triliun. Sampai saat ini, Bareksa.com jumlah user sudah mencapai 525.000 akun, dimana sebanyak 75% nasabah berumur di bawah 35 tahun.

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: