Elite politik Indonesia saat ini didominasi oleh orang kaya dan para pebisnis. Hal ini merupakan sesuatu yang membahayakan bagi peneliti dari Universitas Leiden, Ward Berenschot.
Ia berpendapat, apabila tidak ada politikus dari kaum miskin, dampak negatifnya bisa sampai ke pelayanan publik.
Dalam keterangan tertulisnya, Berenschot menjelaskan, meskipun demokrasi Indonesia telah baik mewakili keragaman etnis dan agama, tetapi dalam hal mewakili kelas sosial yang berbeda tidaklah baik.
Baca Juga: DPR Ngotot Kebut Revisi UU KPK, Kenapa?
Berenschot yang merupakan Associate Researcher Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) ini menjelaskan soal keterwakilan publik oleh anggota DPR, DPRD, dan juga kepala daerah. Ada juga politikus dari latar belakang tidak terlalu kaya, namun di belakangnya pastilah ada orang kaya. Dia menyebut kelompok terbesar yang masuk politik adalah kelompok pebisnis.
"Kita semua tahu banyak contoh elite politik yang juga elite ekonomis di tingkat nasional: Sandiago Uno, Erick Thohir, Jusuf Kalla, Hary Tanoe, Surya Paloh: sekarang sagat mudah untuk orang bisnis untuk masuk dunia politik,” ungkapnya.
Baca Juga: Tak Masalah Iuran PBI Naik, DPR: Yang Penting Orang Kaya Gak Pura-Pura Miskin
Baginya, aka nada efek negatif yang membahayakan apabila anggota parlemen hanya berasal dari orang kaya. Salah satunya adalah tidak terwujudnya kesetaraan politik. Dampak buruk dari tak adanya kesetaraan politik yakni, pertama, orang merasa tidak terwakili dengan politikus yang ada. Dalam kondisi itu, massa akan mudah tertarik dengan sosok yang menawarkan penghancuran sistem.
Kedua, terjadi ketegangan antarkelompok sosial. Ketiga, terbentuk oligarki (pemerintahan dijalankan beberapa orang yang berkuasa dari golongan tertentu).
Kelompok yang berkuasa cenderung memperjuangkan kepentingan kelompoknya. Kepentingan kelompok lain, yakni kelompok miskin atau kelompok yang bertentangan dengan elite, tak akan terwadahi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar
Tag Terkait: