Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Asap di Aceh, Dari Mana Sumbernya?

Asap di Aceh, Dari Mana Sumbernya? Personel Polres Aceh Barat mengatur lalu-lintas jalan nasional Medan-Banda Aceh yang diselimuti kabut asap di Desa Suak Raya, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Rabu (30/1/2019). Kebakaran lahan gambut yang terjadi di kabupaten setempat menyebabkan jalan lintas diselimuti kabut asap dengan jarak pandang 30 - 70 meter. | Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Aceh memastikan bahwa kabut asap di tanah Serambi Mekkah ini bukan berasal dari asap kiriman akibat peristiwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang berlangsung di wilayah Riau.

Baca Juga: Hoaks Disekitar Karhutla di Kalimantan

"Kita pastikan kabut yang tampak di pagi hari, bukan karena asap oleh adanya karhutla di Riau maupun di Aceh sendiri," tegas Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Aceh, Zakaria Ahmad di Banda Aceh, Senin.

Ia mengatakan, suhu udara di pagi hari relatif terasa dingin dengan suhu minimum berkisar antara 22 hingga 25 derajat Celsius dengan uap air di udara relatif tinggi 90 sampai 98 persen, sehingga mulai jam 10.00 WIB ke atas kabut mulai menghilang dan jarak pandang di atas delapan kilometer.

Ia menerangkan, asap kebakaran hutan dan lahan di wilayah Riau yang secara umum di Pulau Sumatera bertiup dari tenggara-barat daya menuju barat laut-timur Laut memiliki kecepatan angin lima knots hingga 15 knots.

Data BMKG yang dikeluarkan kemarin atau Ahad (15/9), menyebutkan terdeteksi adanya "transboundary haze" akibat dari kebakaran hutan dan lahan di Sumatera mengarah ke Selat Malaka, Singapura, dan Semenanjung Malaysia.

"Bila kita lihat dari peta sebaran asap yang dikeluarkan oleh BMKG pusat, memang belum sampai asap dari Pekanbaru atau Riau ke wilayah Aceh," terang dia.

Dalam sepekan terakhir, lanjutnya, tidak ada peristiwa kebakaran hutan dan lahan yang terjadi secara signifikan diberbagai daerah dengan total 23 kabupaten/kota di provinsi paling barat Indonesia tersebut.

"Yang perlu kami sampaikan ke masyarakat bahwa Aceh secara umum sudah dalam masa transisi atau masa peralihan dari musim kemarau menuju musim penghujan," bebernya.

"Ini artinya Propinsi Aceh, kita perkirakan akan lebih banyak diguyur hujan. Walau dewasa ini cenderung terjadi hujan yang tidak merata di berbagai daerah di Aceh," kata Zakaria.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: