Imran Khan Desak Trump Lanjutkan Pembicaraan Damai dengan Taliban
Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan mengaku akan mendesak Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump untuk menghidupkan kembali pembicaraan damai dengan Taliban Afghanistan. Trump beberapa waktu lalu memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan dengan Taliban.
Berbicara di sebuah acara di wilayah Torkham, yang merupakan wilayah perbatasan Pakistan dan Afghanistan, Khan mengatakan bahwa akan menjadi tragedi jika pembicaraan itu benar-benar terhenti.
"Ini akan menjadi tragedi besar jika pembicaraan ini tidak membuat kemajuan," kata Khan dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Rabu (18/9).
Baca Juga: Imran Khan Sebut Pakistan Akan Main Aman Tanpa Nuklir, Kenapa?
"Saya akan bertemu Trump di New York, Senin pekan depan dan akan menekankan bahwa telah terjadi kehancuran dan kekacauan di Afghanistan selama 40 tahun terakhir. Kami akan melakukan upaya terbaik agar pembicaraan ini dilanjutkan kembali," sambungnya.
Khan lalu mengatakan, Pakistan telah mengarahkan para pemimpin Taliban untuk berpartisipasi dalam perundingan damai sebelumnya di Qatar dan hanya terlambat mengetahui bahwa perundingan telah gagal. Dia mengatakan peran Pakistan selanjutnya adalah meyakinkan Taliban untuk membuka pembicaraan dengan pemerintah Afghanistan.
Trump pekan lalu memutuskan mengakhiri pembicaraan itu setelah Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan seorang tentara AS.
Dirinya mengatakan, dia tidak akan pernah mau berbicara dengan orang-orang yang secara terbuka mengakui telah membunuh orang-orang tidak bersalah dan juga tentara AS.
Baca Juga: PM Pakistan Imran Khan Berpidato di Kashmir, Bilang. . .
Sebelum diumumkan telah berakhir, AS dan Taliban sejatinya sudah menyepakati draft kesepakatan damai, yang bisa menghentikan perang 18 tahun antara kedua pihak. Draft kesepakatan itu disepakati dalam putaran kesembilan pembicaraan damai antara kedua belah di Doha, Qatar beberapa waktu lalu.
Dalam draft tersebut disebutkan bahwa AS akan menarik pulang 5.000 tentara dan menutup lima pangkalan di Afghanistan, dengan imbalan jaminan bahwa Afghanistan tidak akan digunakan sebagai pangkalan untuk serangan militan terhadap Amerika.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: