Harga saham produsen rokok dalam awal perdagangan pekan ini melemah cukup tajam, setelah pemerintah memutuskan akan menaikkan tarif cukai dan harga jual eceran rokok tahun depan. Kebijakan itu dilakukan demi mengurangi konsumsi rokok nasional serta menopang pendapatan negara di tengah melemahnya perekonomian global dan domestik.
Menurut Bahana Sekuritas, rencana kenaikan tarif cukai ini terbilang mengejutkan pelaku pasar karena ini adalah kenaikan cukai tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Namun, sebenarnya bisa dimengerti karena tahun ini, pemerintah tidak menaikkan tarif cukai.
Sekuritas yang dimiliki Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) ini pun menilai volatilitas saham rokok masih akan berlanjut sampai Oktober hingga pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang lebih detail.
Baca Juga: Musim Kemarau Berkepanjangan, Saham Ini Jadi Buruan
"Kenaikan ini sebenarnya sama saja seperti pemerintah menaikkan cukai tahun ini, yang setiap tahunnya pada kisaran 10%-12%, dan tahun depan dengan kisaran yang sama. Hanya saja, kenaikan itu jadi dobel di tahun depan karena tahun ini tidak ada kenaikan, namun kita perlu melihat lebih rinci detail PMK-nya nanti," papar analis Bahana Sekuritas Giovanni Dustin dalam keterangannya, Kamis (19/9/2019).
Dalam hitungan sementara Bahana, dengan rencana kenaikan rata-rata tarif cukai sebesar 23%, produsen rokok akan membebankan kenaikan tersebut kepada konsumen dengan menaikkan harga jual rata-rata sekitar 16%-18%.
Dengan rencana kenaikan ini, Bahana menilai PT Gudang Garam akan sedikit lebih sulit membebankan seluruh beban kenaikan cukai ini kepada konsumennya karena produksi rokoknya masih lebih didominasi oleh rokok untuk kalangan menengah-bawah.
Sedangkan PT Hanjaya Mandala Sampoerna akan sedikit lebih leluasa menaikkan harga rokoknya karena portfolio produk rokok yang lebih berimbang.
"Saat ini harga saham rokok secara valuasi cukup atraktif, namun tekanan dan ketidakpastian masih akan ada hingga pemerintah mengeluarkan PMK detailnya. Kami tidak melihat kenaikan tarif cukai di atas 20% ini akan berlanjut hingga beberapa tahun ke depan," ujar Giovanni.
Baca Juga: Saham Rokok Jadi Biang Kerok Asing Lumpuhkan IHSG, Apa Kata BEI?
Bahana memberi rekomendasi beli atas saham HM Sampoerna dengan target harga Rp4.150 per lembar saham sebagai pilihan terbaik karena produksi rokoknya lebih beragam sehingga lebih leluasa dalam menyesuaikan harga. Perusahaan berkode saham HMSP ini juga memiliki cashflow yang lebih sehat untuk menopang dividen. Rekomendasi beli juga diberikan kepada Gudang Garam dengan target harga Rp90.200 per lembar saham.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti