Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekspor Energi, Rusia Pakai Rubel dan Euro

Ekspor Energi, Rusia Pakai Rubel dan Euro Kredit Foto: Sputnik/Alexei Druzhinin/Kremlin via REUTERS
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rusia berencana meninggalkan dolar AS dan beralih ke euro dan rubel dalam transaksi perdagangan energi globalnya. Sebuah upaya meminimalkan ketergantungan pada dolar

"Kita punya mata uang yang sangat bagus, stabil. Kenapa tidak digunakan untuk transaksi global?" kata Menteri Ekonomi, Maxim Oreshkin, saat wawancara dengan the Financial Times, Minggu (13/10/2019), dikutip rt.com.

Baca Juga: Penyerangan Kilang Minyak Bikin Hubungan Rusia dan Arab Saudi Dekat, Kenapa?

"Kita ingin, dalam titik tertentu, penjualan migas menggunakan rubel. Pertanyaannya bukan pada risiko biaya tinggi saat melakukannya, tapi jika infrastruktur keuangan dibuat, jika biayanya sangat rendah, kenapa tidak?" katanya.

Dia menambahkan, Rusia mampu melakukan ekspor energi dalam mata uang lokal. Hal ini äkan meningkatkan popularitas negara-negara domestik di mata investor asing yang memiliki sekitar 29 persen dari utang dalam rubel. 

Rusia telah mengumumkan tak lagi melakukan pinjaman dalam dolar AS untuk sisa tahun 2019 dan sepanjang tahun 2020. Negara ini beralih ke yuan dan euro. "Kita akan pinjam dalam mata uang selain dolar," kata Menteri Keuangan Rusia, Anton Siluanov, saat itu.

Rosneft, perusahaan minyak terbesar di Rusia juga menggunakan mata uang euro untuk seluruh ekspor minyak mentah dan produk-produk saringannya.

The Financial Times mengungkapkan data terbaru dari Bank Sentral Rusia yang menunjukkan Rusia telah mengurangi cadangan saham internasionalnya dalam dolar AS sepanjang 2018 dan 2019. Dari US$96 miliar menjadi hanya US$8 miliar dalam 18 bulan terakhir. Rusia lebih memilih untuk meningkatkan saham emas, yuan, dan euro. 

Semua itu dilakukan karena Rusia mencoba mengurangi ketergantungannya pada greenback melalui kebijakan dedolarisasi. Kebijakan ini untuk mengimbangi dampak dari sanksi AS terhadap ekonomi negara menyusul reunifikasi dengan Krimea pada tahun 2014 serta tuduhan intervensi Pilpres AS 2016.

Agustus tahun ini, Pemerintah AS melarang bank-bank nasionalnya membeli surat obligasi eurobond langsung dari Rusia. Menteri Keuangan Rusia membalas dengan menyatakan akan menjual surat utang kepada investor Asia dan Eropa.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: