Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

'Penghuni' Kaki Gunung Wilis Raih Sukses karena Sapi Perah

'Penghuni' Kaki Gunung Wilis Raih Sukses karena Sapi Perah 'Penghuni' Kaki Gunung Wilis Raih Sukses karena Sapi Perah | Kredit Foto: Viva

"Dulu kita tidak tahu cara perahnya gimana, habis perah itu bagaimana, terus kita tahu penyakit mastitis dan cara mencegahnya. Di program ini saya juga bisa belajar sampai ke Belanda," papar Mita.

Saat ini, Mita mengaku dalam sehari delapan sapi perahnya mampu memproduksi susu murni sebanyak kurang lebih 90 sampai 100 liter. Dengan harga Rp5.700 per liter, sehari dia bisa mengantongi uang sekira Rp500 ribu.

"Keuntungan itu dipotong biaya konsentrat satu ton per bulan sebesar tiga juta rupiah. Kalau rumputnya punya (lahan) kami sendiri. Yang ngerjakan saya dan suami," ujarnya.

Baca Juga: Cuma Lulus SD, Pria Ini Sukses Dirikan Nippon Paint

Mita mengaku butuh kesabaran untuk memetik hasil manis yang kini diraihnya. Awal mula beternak, dia menghemat diri dan rajin menabung.

"Sekarang alhamdulillah, dari sapi perah saya sudah beli tiga bidang sawah, beli mobil, sepeda motor, dan mencukupi kebutuhan sehari-hari," tandas wanita berjilbab itu.

Di Desa Benjor, selain Mita ada tiga warga lain yang juga mengembangkan sapi perah. Produksi sapi mereka ditampung oleh oleh Koperasi Bangun Lestari mitra FFI di Tulungagung. "Tahun ini kita sudah bisa kirim susu 48 ton," kata Ketua Koperasi Bangun Lestari, Muntohin.

DDP Supervisor FFI, Fajar Hari Setiabudi, mengatakan, kondisi geografis Desa Penjor dan beberapa desa lain di Tulungagung yang berada di lereng pegunungan cocok dengan ternak sapi perah. Sebab itulah, Tulungagung salah satu daerah yang dipilih FFI sebagai sasaran program Farmer2Farmer.

"Memang bagusnya sapi itu hidupnya kan di dataran tinggi atau di suhu di bawah 20 (derajat celsius), itu yang produksi (susunya) bisa maksimal, termasuk rumputnya karena rumput di sini kan lebih bagus dibandingkan rumput di dataran rendah. Kalau di dataran rendah dengan cuaca yang panas, sapi bisa mengalami distress. Produksi (susu) pasti turun," kata Fajar.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: