Penawaran dari Alibaba ini, menurut data Refinitiv, memiliki implikasi pada likuiditas dalam sistem keuangan Hong Kong dan Hong Kong Interbank Offer Rate (HIBOR). Ini menjadi kasus khusus mengingat investor sering meminjam dana untuk mengantisipasi penjualan saham besar.
Kenaikan HIBOR justru mengangkat dolar Hong Kong HKD yang dipatok ke dolar AS pada kisaran ketat 7,75 hingga 7,85. Untuk mempertahankan harga, Otoritas Moneter Hong Kong (HKMA) akan membeli dolar lokal jika posisinya terlalu lemah dan menjualnya untuk meredam kekuatan yang berlebihan.
Alibaba mengikuti jejak pembuat bir AB InBev (ABI.BR) yang mengumpulkan sekitar US$5 miliar dengan mendaftarkan unit Asia Pasifiknya di Hong Kong, September lalu. Yang dilakukan AB InBEv itu adalah bursa terbesar dan IPO terbesar kedua di dunia tahun ini.
Baca Juga: Di Bawah Komando Daniel Zhang, Alibaba Punya Target Baru
Pada 2014, Alibaba memegang rekor IPO terbesar di dunia dengan pengumpulan dana US$25 miliar di New York. Perusahaan ini awalnya berharap untuk float di Hong Kong. Namun, struktur pemerintahannya berbenturan dengan peraturan kota.
Bursa dan Kliring Hong Kong kemudian melonggarkan peraturan tahun lalu untuk memikat raksasa teknologi China yang terdaftar di luar negeri ini agar float lebih dekat ke rumah.
Alibaba akan menjadi yang pertama menguji sistem baru. Sejak go public di New York, saham Alibaba bernilai lebih dari dua kali lipat. Sehingga memberikan kapitalisasi pasar sekitar US$460 miliar.
Agustus lalu, Alibaba melaporkan pendapatan dan laba triwulanan yang lebih baik dari perkiraan. Dibantu pertumbuhan bisnis e-commerce dan cloud computing.
Data Refinitiv menunjukkan, perusahaan-perusahaan berhasil mengumpulkan US$18,5 miliar melalui IPO di Bursa Hong Kong dari Januari hingga pertengahan Oktober. Di NYSE dana terhimpun US$21,9 miliar, sementara di Nasdaq US$23,3 miliar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lili Lestari
Editor: Rosmayanti