Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Asap Sudah Capai Level Bahaya, Sydney Liburkan Ratusan Sekolah

Asap Sudah Capai Level Bahaya, Sydney Liburkan Ratusan Sekolah Kredit Foto: Sindonews
Warta Ekonomi, Sydney -

Sydney dikepung kebakaran hutan di wilayah pinggiran utara kota tersebut. Lima juta penduduk Sydney diminta tetap tinggal di rumah karena tingkat asap di kota tersebut sudah mencapai level bahaya. Sebanyak 600 sekolah dan kampus juga ditutup karena kondisi asap membahayakan kesehatan anak-anak.

Menteri Pendidikan New South Wales (NSW) Sarah Mitchell mengungkapkan enam sekolah publik di kawasan utara telah dievakuasi. “Keselamatan adalah yang utama dan pertama. Kita harus mengevakuasi anak-anak dari kawasan tersebut,” kata Mitchell kepada Australian Broadcasting Corporation.

Baca Juga: Pemadam Kebakaran Hutan Australia Tulis Catatan Utang ke Seorang Pemilik Rumah, Begini Ceritanya

Sebagian wilayah perairan timur Australia, termasuk kawasan pinggiran Sydney, menghadapi kebakaran hutan dan semak belukar terburuk. Lebih dari 85 titik kebakaran melanda New South Wales (NSW) dan 46 di antaranya sudah ditangani. Khusus di wilayah utara Sydney, pesawat pemadam kebakaran telah menjatuhkan material khusus pemadam kebakaran di South Turramurra.

Kebakaran yang melanda di sekitar kawasan Sydney menjadikan Pemerintah Negara Bagian NSW memberlakukan tingkat kebakaran bencana. Itu menjadi level tertinggi sejak kebakaran hutan yang melanda pada 2009. Ada kekhawatiran kalau kebakaran tersebut tidak bisa ditangani hingga pekan depan.

“Tugas penanganan kebakaran berhasil dikendalikan dan dikonsolidasikan,” kata Komisioner Badan Pelayanan Kebakaran Hutan NSW Shane Fitzsimmons dilansir Reuters. “Saat ini kita belum bisa menyatakan kita bisa menangani kebakaran hutan di NSW karena masih banyak lahan yang terbakar,” jelasnya.

Dampak kerusakan akibat kebakaran belum diketahui sejauh ini. Hanya, kondisi bahaya terus berlanjut hingga akhir pekan ini dan awal pekan depan. “Banyak petugas pemadam kebakaran terluka seperti patah tulang dan kepanasan,” ujar Fitzsimmons.

Kebakaran hutan dan semak memang menjadi ancaman ketika musim panas di Australia. Kondisi iklim yang kering dalam tiga tahun terakhir di NSW Dan Queensland menjadi kebakaran menjadi hal biasa. Para pakar menyebutkan kebakaran hutan juga diperparah oleh perubahan iklim.

Sejauh ini kebakaran hutan di NSW dan Queensland telah menewaskan tiga orang dan merusak lebih dari 150 rumah. Kebakaran itu juga semakin meluas karena temperatur yang tinggi dan angin yang kuat. Status darurat juga dikeluarkan pemerintah kemarin di South Turramurra sekitar 20 km utara Sydney.

Penduduk wilayah tersebut diminta pengungsi. Di Wauchope, 400 km utara Sydney, penduduk juga memindahkan ternak ke kawasan yang lebih aman. “Kita memiliki 350 kuda. Kita juga memiliki domba dan ayam yang juga harus diselamatkan,” kata Presiden Wauchope Show Society Neil Coombes.

Baca Juga: Australia Dilanda Kebakaran Hebat, Kemenlu: WNI Tingkatkan Waspada

Bagaimana dengan kebakaran di Queensland? Kebakaran di Queensland pada tingkat ketiga atau level bahaya. Sebanyak 55 titik kebakaran melanda negara bagian tersebut hingga kemarin malam. Perhatian publik Australia saat ini adalah menyalahkan kebijakan pemerintahan konservatif Australia yang enggan berpihak untuk mengatasi perubahan iklim.

Perdana Menteri (PM) Australia yang dikenal pendukung industri batu bara menolak pertanyaan apakah kebakaran hutan adalah dampak perubahan iklim. "Pikiran saya hanya tertuju bagi mereka yang wafat dan kehilangan keluarga mereka," ujar Morrison. Dalam debat di televisi, Deputi PM Michael McCormack menuding para aktivis telah memolitisasi tragedi kebakaran ini.

Hal berbeda diungkapkan Wali Kota Glen Innes Carol Sparks. “Pemerintah mengatakan saat ini bukan waktu yang tepat untuk berbicara tentang perubahan iklim. Saya tidak sepakat hal itu. Kita seharusnya berbicara mengenai hal itu tahun lalu,” kata Carol Sparks di utara Sydney, di mana dua warganya tewas dalam kebakaran hutan.

Pemerintah mengonfirmasi bahwa pada 2018 dan 2017 masing-masing merupakan tahun terpanas ketiga dan keempat yang pernah terekam dalam sejarah. Laporan Biro Iklim 2018 menyatakan bahwa perubahan iklim telah menyebabkan peningkatan kejadian panas ekstrem dan peningkatan tingkat keparahan bencana alam lainnya, termasuk kekeringan. Jika temperatur global terjaga hanya naik dua derajat Celsius di atas level era praindustri, batas yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris, yang disepakati oleh 188 negara pada 2015. Tahun lalu PBB melaporkan bahwa Australia gagal dalam upaya mengurangi emisi gas karbon dioksida.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Shelma Rachmahyanti

Bagikan Artikel: