Tren investasi kini digandrungi oleh investor dari kalangan millenials. Salah satu lini investasi yang sedang digandrungi sendiri adalah sektor peer to peer lending.
Peer to peer lending sendiri adalah investasi dengan cara menjadi pemberi pinjaman atau lender secara perorangan atau dibawah PT dengan memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dengan return of investment (ROI) berupa bunga persenan dari pinjaman yang diberikan. Chief Marketing Officer Koinworks Jonathan Bryan mengatakan bahwa mayoritas lender yang ada di Koinworks adalah millenials.
Baca Juga: Koinworks Bidik Penyaluran Rp2,5 Triliun Akhir 2019
"Kita lihat itu banyak di usia 23 sampai 25 tahun. At least, 60 persen dari user kita di usia itu," katanya di Suasana Kopi, Senin (18/11/2019).
Ia menyebut, millenials lebih 'sadis' dalam hal investasi di peer to peer. Sadis dalam artian bahwa millenials di Koinworks lebih suka berinvestasi di pinjaman berisiko tinggi. "Kalau millenials, mereka lebih sadis," ujarnya.
Sadis juga bisa dilihat dari jumlah investasi yang dilakukan. Jonathan menyebut, nilai rata-rata investas yang masuk ke Koinworks bisa mencapai Rp20 juta per nasabah.
"Kita juga amaze, mereka rata-rata udah lebih dari Rp20 juta masuk ke kita (nilai investasi). Satu orang," ungkapnya.
Berbeda jauh dengan non-millenials, mereka yang usianya 30 tahun ke atas justru lebih memilih investasi yang lebih sedikit risikonya. "Kalau orang yang usianya 30 tahun sampai 40 itu rata-rata mereka ambil (investasi) yang lebih aman," katanya.
Koinworks sendiri sekarang memiliki 370 ribu pengguna dengan jumlah lender berkisar di angka 220 hingga 250 ribu. Hasil riset internal Koinworks menyebut bahwa 70 persen dari user mereka sebelumnya belum pernah melakukan investasi dalam bentuk apapaun, atau first time investor.
"Salah satu riset yang kita lakukan menunjukkan 70 persen dari user kita itu first time investor. Jadi, mereka belum pernah punya deposito, reksa dana, dan sebagainya," ujarnya.
Alasan mengapa millenials suka mengambil investasi berisiko tinggi sendiri disebut Jonathan karena besaran bunga yang diincar dengan bermain di sektor peer to peer lending.
"Ada yang ngambil berisiko sekali karena mereka tahu mereka main di peer to peer mengincar bunga yang besar," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Puri Mei Setyaningrum