Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Yeay! Harga TBS Gemilang, Petani Riang

Yeay! Harga TBS Gemilang, Petani Riang Petani menurunkan Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit dari perahunya di Desa Kuala Tripa, Kecamatan Tripa Makmur, Nagan Raya, Aceh, Kamis (19/10). Petani mengaku, sejak sepekan terakhir harga TBS kelapa sawit tingkat petani mulai membaik dari Rp 1.000 perkilogram menjadi Rp 1.350 per kilogram. | Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnnas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menguatnya harga TBS (tandan buah segar) di Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Bengkulu, dan Aceh sejak sebulan terakhir menjadi kabar baik bagi petani sawit. Harga TBS sawit umur 10–20 tahun di Provinsi Sumatera Utara tercatat naik 6,1% dari Rp1.640,46/kg menjadi Rp1.740,64/kg dengan harga CPO yang ditetapkan yakni Rp8.166,47/kg dan harga kernel Rp4.005,91/kg.

Harga TBS di Sumatera Utara ini mencetak rekor harga tertinggi sepanjang 2019 dan tertinggi dibandingkan provinsi sentra lainnya di Indonesia. Kenaikan harga TBS di Provinsi Riau untuk kategori umur tanaman yang sama tercatat sebesar 5,01% dari Rp1.601,89/kg menjadi Rp1.682,2/kg dengan harga CPO Rp7.791,65/kg dan harga kernel Rp3.825/kg.

Baca Juga: Kisah Eddy Martono dan Perkebunan Sawit Mamuju

Harga TBS untuk tanaman sawit umur 10–20 tahun di Jambi menguat 4,14% dari Rp1.524,82/kg menjadi Rp1.588,08/kg dengan harga CPO Rp7.476,3/kg dan kernel Rp3.517,52/kg. Kenaikan harga TBS di Kalimantan Barat terjadi sebesar 3,5% dari Rp1.342,85/kg menjadi Rp1.389,74/kg dengan harga CPO Rp6.693,75/kg dan kernel Rp2.954,91/kg. Sementara itu, harga TBS di Bengkulu saat ini sudah mencapai Rp1.500/kg dan di Aceh Rp1.358/kg.

Penurunan produktivitas buah sawit menjadi sentimen yang mempengaruhi naiknya harga TBS saat ini. Tren trek yang masih berlangsung hingga Maret 2020 mendatang mengakibatkan produksi menurun drastis karena kondisi pohon sawit yang sedang memasuki masa pembungaan. Rata-rata produktivitas sawit yang saat ini mampu dihasilkan petani di Riau yakni kurang dari 1 ton/hektare, jumlah ini hanya 20% dari produktivitas normal.

Terbatasnya pengaplikasian pupuk oleh petani serta kemarau yang saat ini masih melanda wilayah Indonesia turut menjadi bumbu rendahnya produktivitas sawit. Meskipun demikian, harga TBS ini berpotensi turun hingga di penghujung tahun 2019 sebagai respons atas masuknya musim panen raya minyak nabati lain seperti kedelai dan bunga matahari.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: