Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mantul! Teknologi Baru Toshiba, Satu Tetes Darah Bisa Deteksi 13 Kanker

Mantul! Teknologi Baru Toshiba, Satu Tetes Darah Bisa Deteksi 13 Kanker Kredit Foto: Bestartv.com
Warta Ekonomi, Jakarta -

Toshiba Corporation telah mengembangkan metode baru, aman, dan cepat untuk mendeteksi 13 jenis kanker. Tingkat akurasinya diklaim 99 persen dan hanya membutuhkan satu tetes darah.

Interesting Engineering melaporkan, metode diagnosis tersebut dikembangkan National Cancer Centre Research Institute dan Tokyo Medical University. Menurut tim yang mengerjakan, butuh beberapa tahun lagi sebelum teknologi diagnosis Toshiba ini dapat digunakan di lembaga-lembaga publik dan dikomersialkan. Proses uji coba dimulai tahun depan.

Baca Juga: AI Punya Peran Penting dalam Diagnosis Kanker Payudara, Seperti Apa?

Metode ini diharapkan dapat mengobati kanker sejak tahap awal. Metode ini bekerja dengan memeriksa jenis dan konsentrasi molekul microRNA yang disekresikan ke dalam aliran darah dari sel kanker. Perusahaan lain juga menggunakan metode ini untuk mendiagnosis kanker dari sampel darah. Namun, ada perbedaan dengan metode diagnosis yang dilakukan Toshiba.

"Dibandingkan dengan metode perusahaan lain, kami memiliki keunggulan dalam tingkat akurasi dalam deteksi kanker, waktu yang dibutuhkan untuk deteksi, dan biaya," kata Koji Hashimoto, Kepala Peneliti di Frontier Research Laboratory Toshiba.

Ada 13 jenis kanker berbeda yang dapat dideteksi oleh metode Toshiba ini. Antara lain, kanker lambung, esofagus, paru-paru, hati, saluran empedu, pankreas, usus, ovarium, prostat, kandung kemih dan payudara, serta sarkoma dan glioma.

Yang lebih mengesankan, chip kecil dan perangkat yang dapat mendiagnosis dari satu tetes darah dalam rentang waktu dua jam. Biayanya pun terjangkau, hanya 20.000 yen atau US$180.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lili Lestari
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: