Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wow! Produksi CPO Indonesia Bisa Tembus 70 Juta Ton

Wow! Produksi CPO Indonesia Bisa Tembus 70 Juta Ton diskusi Memperjuangkan Kepentingan Sawit di Pasar Global di Wisma Bisnis Indonesia, Selasa (17/12/2019) | Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kendati moratorium lahan perkebunan sawit masih diberlakukan, produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia terus mengalami peningkatan. Volumenya diperkirakan bisa menembus 70 juta ton pada tahun 2025 mendatang. Peningkatan produksi CPO itu terjadi berkat keberhasilan peremajaan dan intensifikasi tanaman sawit.

Demikian diungkapkan oleh Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Joko Supriyono, dalam kesempatan diskusi Memperjuangkan Kepentingan Sawit di Pasar Global di Wisma Bisnis Indonesia, Selasa (17/12/2019). Konsumsi domestik pada 2025 pun diproyeksi tetap akan tumbuh jika program biodiesel dengan kandungan bahan nabati mencapai 100% (B100) terwujud dalam 5 tahun ke depan.

Baca Juga: Nasib Komoditas 'Sawit' Primadona Rakyat, Dibahas Komisi IV...

"Serapan domestiknya bisa mencapai 30 juta ton," kata Joko.

Kendati demikian, Joko menggarisbawahi bahwa proyeksi tersebut masih bersifat prematur. Menurutnya, pelaku usaha masih menunggu data pasti luas perkebunan sawit yang rencananya bakal diumumkan pemerintah dalam waktu dekat.

Asumsi kenaikan itu jika peremajaan sesuai target dan intensifikasi berjalan baik meski ada moratorium. Misal luas kebun sawit 16 juta hektare, dengan produksi 70 juta ton berarti produktivitas sekitar 4 ton per hektare. Bahkan, sekarang ada yang produktivitasnya mencapai 10 ton per hektare.

Sementara itu, Ahmad Heri Firdaus, Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) mengatakan, peranan industri sawit sangat krusial bagi perekonomian nasional. Sebab, nilai ekspor CPO telah mengalahkan ekspor produksi migas.

Menurut Heri, jika ekspor produk CPO bisa dioptimalkan dapat memperbaiki defisit transaksi neraca perdagangan (CAD). "Tahun lalu CAD kita defisit US$8 miliar. Dengan genjot ekspor hasil perkebunan sawit bisa memperbaiki CAD kita," kata Heri.

Lebih lanjut Heri mengatakan, produk turunan CPO juga dapat memperkuat struktur industri dalam negeri. Untuk itu, pemerintah dan industri kelapa sawit harus fokus memperbaiki hilirisasi produk CPO. Makin ke hilir ekspornya Makin sedikit karena CPO bisa jadi produk makanan, kosmetik, energi, dan kimia.

Namun menurut Heri, peluang paling besar untuk hilirisasi CPO ada di sektor energi. Misalnya, fokus mengembangkan industri Fatty Acid Methyl Ester (FAME). Apalagi, ekspor FAME Indonesia baru mencapai 1,6 persen dari total ekspor dunia yang mencapai US$45 miliar. FAME merupakan bahan campuran Bahan Bakar Nabati (BBN).

"Potensi ekspor ini cukup luas, mengingat tren penggunaan BBN di dunia makin meningkat. Saat ini, China, Jepang, AS, dan UE pengguna FAME terbesar," tutup Heri.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: