Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Soal Pencabutan Sanksi Korut, China: Ini yang Terbaik buat AS

Soal Pencabutan Sanksi Korut, China: Ini yang Terbaik buat AS Korut kembali meluncurkan proyektil pada Rabu (2/10/2019) pagi. | Kredit Foto: Foto/Istimewa
Warta Ekonomi, Beijing -

China menyebut proposal yang menawarkan pencabutan sejumlah sanksi Korea Utara (Korut) adalah pilihan terbaik untuk meredakan ketegangan. Beijing menyerukan langkah kompromistis dalam perselisihan antara Washington dan Pyongyang mengenai program nuklir dan rudal.

Proposal, yang dibuat bersama dengan Rusia pada hari Senin, menyerukan Dewan Keamanan PBB untuk mencabut beberapa sanksi terhadap ekspor dan pekerja asing Korut guna "memecah kebuntuan" dalam perundingan yang macet antara Pyongyang dan Washington. 

"Ini adalah rencana terbaik dalam situasi saat ini untuk menyelesaikan kebuntuan dalam denuklirisasi Korea Utara dan untuk perdamaian dan stabilitasnya," kata Wakil Menteri Luar Negeri Cina Luo Zhaohui seperti dikutip dari Reuters, Kamis (19/12/2019).

Baca Juga: AS Mulai Lobi-lobi China buat Hentikan Usulan Pencabutan Sanksi Korut

Zhaohui menambahkan bahwa solusi politik masih dapat dicapai meskipun ketegangan meningkat.

Komentar itu muncul ketika utusan khusus AS untuk Korut Stephen Biegun dijadwalkan tiba di Ibu Kota China pada hari Kamis untuk mengadakan pembicaraan. 

AS adalah salah satu negara yang memegang hak veto di DK PBB, beranggotakan 15 negara, dan tetap menentang pencabutan sanksi yang membuat resolusi China-Rusia tidak mungkin untuk diloloskan.

Seruan Biegun ke Pyongyang untuk dialog baru selama kunjungan ke Korea Selatan (Korsel) awal pekan ini tidak dijawab, menggarisbawahi ketidakpuasan negara tertutup itu pada kurangnya konsesi atas keputusannya menghentikan tes nuklir dan peluncuran rudal jarak jauh. 

Pyongyang telah melakukan serangkaian tes senjata dan melancarkan perang kata-kata dengan Presiden AS Donald Trump dalam beberapa pekan terakhir, memicu kekhawatiran kedua negara dapat kembali ke jalur tabrakan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: