Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menjaga Wayang sebagai Ikon Kepribadian Bangsa

Menjaga Wayang sebagai Ikon Kepribadian Bangsa Kredit Foto: Agus Aryanto

Wayang di Era Milenial

Kini, di mana anak-anak yang lahir di 1980-an telah menjadi generasi milenial, dan pesatnya perkembangan teknologi digital, wayang menghadapi tantangan yang sangat besar. Wayang sebagai salah satu hiburan, harus bersaing dengan hiburan lain, seperti televisi, media sosial, dan permainan (games). Di generasi berikutnya, tantangan tentu akan lebih besar lagi, kegembiraan anak-anak saat menyambut pertunjukan wayang sepertinya tidak akan ada lagi. 

Beruntung Presiden Joko Widodo telah menetapkan Hari Wayang Nasional yang diperingati setiap 7 November. Penetapan yang dilakukan Desember 2018 lalu itu merupakan usulan dari masyarakat, organisasi pendidikan dan keilmuan.

Usulan juga datang dari UNESCO, yang artinya Hari Wayang Nasional juga merupakan Hari Wayang Dunia. Dengan peringatan hari tersebut, harapannya masyarakat akan mudah dalam merayakan dan mengembangkan wayang. 

Memperingati Hari Wayang Nasional atau Hari Wayang Dunia 2019, Pemerintah Kabupaten Klaten, kota kecil di Provinsi Jawa Tengah mengelar pentas seni kolaborasi Wayang Sandosa. Pentas seni ini melibatkan 100 seniman lintas usia dan lintas seniman, seperti seniman pedalangan (penyaji wayang), karawitan, sinden, tari, dan seniman multimedia. Tujuh di antaranya adalah Dalang Anak berbakat yang berusia 8-12 tahun. 

Bupati Klaten, Sri Mulyani mengatakan, begitu pentingnya pelestarian dan pengembangan seni budaya bangsa, sehingga UNESCO menetapkan wayang Indonesia sebagai warisan budaya dunia yang harus dilestarikan. Hal tersebut juga sejalan dengan ikhtiar bersama masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Klaten untuk mewujudkan Klaten Kota Dalang dan Klaten Kota Kethoprak. 

Pentas seni kolaborasi seperti Wayang Sandosa itu diharapkan dapat diprogramkan secara berkala dan periodik serta terus menerus dan berkesinambungan. Menurut Sri Mulyani, keberadaan seni tradisional bisa menjadi benteng dan penyangga ketahanan budaya, sekaligus untuk mengembangkan potensi dan daya saing kepariwisataan daerah maupun nasional.

"Melalui pentas seni kolaborasi Wayang Sandosa akan menjadi tantangan bagi semua pemangku kepentingan seni budaya maupun pariwisata untuk mampu membina wayang kulit, wayang wong dan seni tari agar tetap menarik, tetap diminati dan kompetitif di era global," ujar Sri Mulyani, dikutip dari klatenkab.go.id.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: