Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ogah Perang Soal Natuna, Arief Poyuono: Prabowo Paham Banget Kekuatan Militer Kita!

Ogah Perang Soal Natuna, Arief Poyuono: Prabowo Paham Banget Kekuatan Militer Kita! Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bersiap mengikuti rapat bersama Komisi I DPR di kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (11/11/2019). Rapat bersama antara DPR dan Kementerian Pertahanan (Kemhan) membahas rencana kerja Kemhan tahun 2020 beserta dukungan anggarannya. ANTARA FOTO//ama. | Kredit Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil ketua umum Gerindra, Arief Poyuono, menanggapi pernyataan Prabowo terkait batas wilayah Natuna dengan China. Menurut dia, Menteri Pertahanan (Menhan) RI tersebut, tidak sepenuhnya santai terkait permasalahan klaim tersebut.

“Ya, Pak Prabowo kan lebih mengerti keadaan kekuatan militer kita, kalau jalan perang atau konfrontasi militer akan banyak mudaratnya,” ujar dia, Sabtu (4/1/2020).

Oleh sebab itu, dia menilai bahwa pernyataan yang dilontarkan Prabowo yang cenderung santai itu sudah sesuai dengan visi Presiden Jokowi. Di mana, jalur diplomasi terhadap RRC dalam permasalahan Natuna akan lebih diutamakan.

Baca Juga: Soal Natuna, Prabowo yang Dulu Bukanlah yang Sekarang: Pak, Kami Sangat Rindu. . . .

Ia tak menampik bahwa memang ada perbedaan pendapat antara Prabowo dan Luhut yang lebih setuju untuk membeli kapal besar untuk berjaga di perairan Natuna. Akan tetapi, pembelian kapal besar, ia nilai hanya untuk patroli.

“Mungkin usul Pak Luhut, dengan kapal yang besar dan cepat, nantinya mampu menciptakan Maritime surviellance kita. Dan bukan untuk perang,” ungkap dia.

Lebih jauh, dia mencontohkan bahwa hal serupa terkait Natuna juga pernah terjadi antara RRC dengan Filipina. Di mana permasalahan utama berupa sengketa Laut China Selatan terjadi.

“Sudah ada kan contoh negara tetangga kita yaitu Filipina, Filipina membawa kasus tersebut ke Pengadilan Tetap Arbitrase di Den Haag, Belanda,” kata dia.

Baca Juga: Prabowo Pilih 'Cool' Soal Natuna, NasDem: Tapi Jangan Dianggap Takut Ya!

Dalam prosesnya, dia menyatakan bahwa berdasarkan putusan tersebut, China tak memiliki hak historis atas sumber daya di area nine-dash line. Sehingga membuatnya melanggar kedaulatan Filipina.

Oleh sebab itu, dia menyerahkan semuanya pada Menhan Prabowo, yang juga Ketua Umum Gerindra itu. Terlebih, mengutip Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS), menurut dia keputusan yang dikeluarkan oleh tribunal arbitrase, juga telah didaulat oleh masing-masing negara.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: