- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Gerah, Akhirnya BEI Buka Suara Soal Saham Gorengan yang Menghantam Jiwasraya
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) akhirnya buka suara perihal istilah “saham gorengan” yang ada di pasar modal. Istilah “saham gorengan” memang seringkali digunakan oleh publik terhadap saham-saham yang memiliki volatilitas tinggi dan tidak didukung oleh fundamental dan informasi yang memadai.
“Dalam menyikapi saham-saham yang memiliki volatilitas tinggi, dan tidak didukung oleh fundamental, serta informasi yang memadai, BEI selalu melakukan tindakan yang sesuai dan memadai untuk mengatasi hal tersebut,” kata Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Kristian S. Manullang, di Jakarta, Jumat (10/1/2020).
Baca Juga: Buset! Ditemukan 5 Ribuan Transaksi di Jiwasraya, dari Bodong hingga Gorengan
Sementara itu, lanjut Kristian terkait salah satu istilah dalam perdagangan, yaitu “market maker”. Dalam penyelenggaraan perdagangan pasar modal, istilah “market maker” sering beredar dan sudah menjadi hal yang umum praktiknya di bursa-bursa lain di dunia. Market maker adalah pihak yang ditunjuk oleh Bursa untuk selalu menyediakan kuotasi bid and offer dalam jumlah yang memadai.
“Dalam pelaksanaan dan pengembangannya, Bursa akan terus mengkaji aturan mengenai market maker agar ke depannya dapat meningkatkan likuiditas serta kualitas perdagangan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan jumlah investor di pasar modal,” ucapnya.
Baca Juga: Disentil Jokowi Soal Pasar Modal Tercemar Oknum Saham Gorengan, Bos Bursa Bertindak!
Dengan kepercayaan diri, didukung oleh kerja keras segenap regulator Pasar Modal yang berkolaborasi bersama Pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan, Self-Regulatory Organization, Perusahaan Tercatat, dan Anggota Bursa, BEI optimis dapat mengimplementasikan program-program pengembangan pasar modal yang sudah direncanakan untuk kemajuan Pasar Modal Indonesia yang lebih baik.
“Untuk mempermudah investor, seluruh tindakan pengawasan Bursa untuk menjaga keteraturan, kewajaran, dan efisiensi dari penyelenggaraan perdagangan efek, dapat dipantau dengan mengakses website Bursa,” pungkasnya.
Sebagi informasi, saham gorengan bukalah sesuatu yang baru di pasar modal. Praktik kecurangan ini naik daun berkat kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Saat ini, Jiwasraya menanggung utang hingga Rp49,6 triliun. Padahal, aset yang dimiliki BUMN asuransi ini sekitar Rp25,6 triliun pada kuartal III 2019. Sementara kerugian yang mesti ditanggung sekitar Rp13,74 triliun. Saham-saham gorengan koleksi Jiwasraya yang bikin rugi besar yakni saham Inti Agri Resources, Tbk (IIKP), saham PT SMR Utama Tbk (SMRU) dan saham PT Alfa Energi Investama, Tbk (FIRE).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri