Muncul Sambaran Petir saat Gunung Api Taal Filipina Erupsi, Bagaimana Penjelasannya?
Terjadinya petir dalam erupsi gunung api
Dalam video yang beredar di sosial media Twitter, masyarakat dapat melihat pemandangan petir yang menyambar di tengah erupsi Gunung Api Taal. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa terjadinya petir selama erupsi gunung berapi tidak jauh berbeda dari mekanisme petir yang biasa.
"Hanya saja, awan cumulunimbus yang menjadi 'sarang' petir tergantikan oleh awan kepulan uap air, abu, debu, dan partikel vulkanik lain yang menyembur ke angkasa secara massif," demikian ungkap BMKG dalam cuitan di akun Twitter resmi, Senin.
Baca Juga: Loyo di Asia-Pasifik, AS Ingin Kerahkan Rudal Hipersonik di Timur Filipina dan Taiwan
BMKG menjelaskan ada beberapa teori yang mengungkapkan asal-mula petir yang kerap muncul dalam erupsi gunung berapi termasuk juga di Gunung Taal.
Berdasarkan keterangan BMKG, teori pertama yaitu ketika sebagian besar atom yang pada awalnya netral bertemu dengan banyak energi bebas yang hadir disertai suhu sekitar 1500 Kelvin.
"Ada energi yang cukup untuk melempar keluar elektron yang terikat lemah dari beberapa atom yang mengikat mereka, sementara pada saat yang sama ada atom-atom yang ingin mengambil elektron yang baru dibebaskan ini. Peristiwa tersebut menciptakan sejumlah besar ion positif dan ion negatif."
"Proses selanjutnya adalah muatan ion negatif dan positif tersebut akan terpisah. Ketika ion-ion tersebut terpisah dengan jarak yang cukup, muncullah beda potensial listrik yang akan menyebabkan sambaran petir," tulis BMKG.
Teori kedua, ketika meletus, gunung berapi mengeluarkan partikel abu panas, uap, dan gas. Partikel ini mula-mula netral, tetapi dengan bertabrakan dengan satu sama lain mereka dapat mentransfer muatan satu sama lain dan berubah menjadi massa positif atau negatif.
Ketika partikel debu vulkanik bertabrakan, terjadi ionisasi atau pemisahan muatan terjadi dengan proses yang disebut aerodynamic sorting.
Pemisahan muatan positif dan negatif terjadi melalui adanya awan vulkanik yang menyebabkan awan tersebut bermuatan positif di salah satu ujung dan bermuatan negatif di ujung satunya lagi. Pemisahan ini terus berlanjut sampai terlewat batas dan listrik mulai mengalir di antara kedua muatan yang berbeda sehingga terjadi petir saat letusan gunung berapi.
Teori lain berpendapat bahwa partikel yang lebih besar mungkin memiliki muatan positif dan partikel yang lebih kecil mungkin memiliki muatan negatif dan sebagai partikel yang lebih besar jatuh lebih cepat, yang mungkin membuat pemisahan yang diperlukan untuk menghasilkan petir.
Namun BMKG mengatakan penelitian menunjukkan bahwa aktivitas erupsi gunung berapi bukan pemicu secara langsung terjadinya petir.
"Jadi meskipun terjadi erupsi utama, tidak berarti kejadian petir memiliki kuantitas yang paling besar," tulis BMKG.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: