Kota Wuhan, tempat virus 2019-nCoV—jenis baru coronavirus atau virus korona—muncul pertama kali di China, digambarkan warga setempat seperti kiamat. Mereka menggambarkan orang-orang sekarat terus bermunculan.
China dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang melakukan yang terbaik untuk mencegah penyebaran virus yang memicu kepanikan global ini. Namun, faktanya krisis jauh lebih buruk daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Data hingga hari Sabtu (25/1/2020), sudah 41 orang meninggal di Wuhan, Provinsi Hubei. Secara global, virus ini sudah menginfeksi 1.287 orang.
Baca Juga: Kota Wuhan Ditutup Pemerintah China, Warga Panik Curhat di Sosmed
Wuhan, kota berpenduduk sekitar 11 juta orang, telah diisolasi. Artinya, sekitar 11 juta orang itu dalam status dikarantina. Rumah sakit setempat sangat kewalahan sehingga pasien dengan kondisi batuk darah ditinggalkan di luar, dan tidak diobati.
South China Morning Post (SCMP) telah memawancarai beberapa orang di zona yang terinfeksi virus, termasuk seorang wanita bernama Xiaoxi. Dia telah membawa suaminya yang sakit dari rumah sakit satu ke ke rumah sakit lain dengan putus asa karena bantuan tak kunjung tiba.
"Rasanya seperti kiamat," katanya menggambarkan kota Wuhan. "Saya tidak memiliki apa apa. Tidak ada pakaian pelindung, hanya jas hujan, dan saya berdiri di luar rumah sakit di tengah hujan," ujarnya.
"Saya putus asa, saya telah kehilangan hitungan waktu dan hari. Saya tidak tahu apakah kami berdua akan hidup untuk melihat tahun baru," ujarnya, merujuk pada Tahun Baru Imlek yang jatuh pada hari ini.
Wanita itu mengatakan kepada SCMP bahwa suaminya batuk darah dan demam 10 hari yang lalu, tetapi empat rumah sakit menolaknya karena kehabisan ruang.
"Orang-orang terus sekarat, tidak ada yang merawat mayat," katanya. "Jika ini terus seperti ini, kita semua akan dikutuk."
Meski kota Wuhan ditutup sejak Kamis lalu, virus itu terbukti sudah menyebar ke berbagai negara ketika kasus-kasus baru dikonfirmasi di Australia, Amerika Serikat dan Eropa.
Seorang pria asal Melbourne yang melakukan perjalanan ke Wuhan adalah kasus pertama yang dikonfirmasi di Australia. Dia berada di ruang isolasi di Monash Medical Centre di Clayton.
Prancis hari ini mengonfirmasi dua kasus coronavirus yang mematikan, satu di Paris dan satu di kota Bordeaux di barat daya negara itu. Keduanya adalah kasus pertama di tanah Eropa.
Menteri Kesehatan Prancis Agnes Buzyn percaya akan ada banyak lagi kasus. "Kami memiliki dua kasus," katanya. "Kami mungkin akan memiliki kasus lain."
Pasien yang dirawat di rumah sakit di Paris adalah seorang pria berusia 48 tahun yang telah melewati Wuhan dalam perjalanan ke Prancis.
"Dia ditempatkan di ruang terisolasi untuk menghindari kontak dengan dunia luar," kata menteri tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: