Bermutasi, Pakar Bilang Kemampuan Menular Virus Corona Kian Menguat
Komisi Kesehatan Nasional Republik Rakyat China melansir bahwa potensi transmisi virus corona baru dari Wuhan (2019-nCoV) belakangan menguat. Hal tersebut dikhawatirkan dapat membuat angka penularan melonjak.
Sejak penularan pertama kali terdeteksi pada Desember 2019 lalu, sebanyak 2.057 kasus telah dilaporkan secara global pada Minggu (26/1/2020). Dari jumlah itu, sekitar 2.000 penularan terjadi di China dan sisanya di 13 negara lain. Jumlah korban meninggal telah mencapai 56 orang, sebagian besar telah berusia lanjut (lansia).
Baca Juga: China Larang Penjualan Satwa Liar buat Sementara Waktu, Ahli Hewan: Lebih Baik Permanen
"Kemampuan penularan menunjukkan tanda-tanda peningkatan. Sumber penularan juga bergerak dan dan mempersulit pengendalian dan pencegahan penyakit ini," kata Ketua Komisi Kesehatan Nasional China Ma Xiaowei dalam konferensi pers, kemarin.
Ia menegaskan, pengetahuan otoritas China terkait virus itu masih sangat terbatas dan mereka belum bisa memastikan risiko mutasi virus tersebut.
“Bahaya lintas umur dari penyakit ini juga terus berubah,” ujarnya.
Salah satu perkembangan penelitian terbaru juga menyimpulkan bahwa 2019-nCoV bisa menular pada masa inkubasi. Hal ini berbeda dengan virus corona penyebab SARS yang menyebabkan 800 kematian pada 2002.
Masa inkubasi merupakan periode dari terpaparnya pasien dengan virus hingga munculnya gejala penyakit. Virus corona dari Wuhan diketahui memiliki masa inkubasi selama dua pekan atau 14 hari.
Sehubungan telah dipastikannya potensi penularan antarmanusia, ini berarti virus corona dari Wuhan bisa ditularkan orang yang belum menunjukkan gejala-gejala penularan.
Merujuk laporan media independen China, Caixin, seluruh wilayah di China kecuali Tibet telah dimasuki virus tersebut. Sejauh ini, Pemerintah China telah mengisolasi secara menyeluruh atau secara sebagian sedikitnya 18 kota dengan sedikitnya 60 juta jiwa terdampak. Kebanyakan wilayah itu, seperti Wuhan, berada di Provinsi Hubei.
Selain di wilayah-wilayah itu, pembatasan transportasi, pembatalan perjalanan, pembatalan acara perayaan Imlek, penutupan tempat-tempat hiburan, serta peliburan sekolah juga dilakukan.
Pada Minggu, China juga memberlakukan pelarangan menyeluruh perdagangan satwa liar di pasar-pasar, restoran, dan tempat jual beli lainnya. Sebanyak 1.600 tenaga medis telah dikerahkan ke Wuhan, sementara pengerjaan rumah sakit khusus guna menangani wabah itu terus dikebut.
Terkait mewabahnya virus korona, Presiden Cina Xi Jinping mengatakan, China sedang menghadapi situasi genting. Pada Sabtu (25/1/2020) waktu setempat, Xi mengadakan pertemuan politbiro untuk membahas langkah-langkah percepatan dalam memerangi wabah.
"Kami terus mendorong pengendalian dan pencegahan penyakit. Tapi, saat ini kami sedang menghadapi krisis kesehatan masyarakat yang sangat parah," ujar Wakil Direktur Jenderal Departemen Urusan Sipil Hu Yinghai, Minggu (26/1/2020).
Dalam sebuah surat kepada Komisi Kesehatan Nasional, seorang dokter yang mengaku berasal dari rumah sakit ternama di Wuhan menuding respons pemerintah setempat lambat dalam menangangi wabah.
Baca Juga: Lagi, AS Konfirmasi 5 Orang Warganya Positif Terinfeksi Virus Corona
"Pasien-pasien ini tidak dikarantina dengan tepat waktu atau menerima perawatan medis yang memadai. Mereka juga dapat melakukan perjalanan di setiap sudut kota," tulis seorang dokter yang enggan dituliskan namanya pada South China Morning Post, Minggu (26/1/2020).
Dokter itu menyatakan, pihaknya telah memperingatkan agar pasien dan masyarakat mengenakan masker wajah serta menghindari daerah ramai. Namun, peringatan itu tidak ditanggapi dengan serius.
Seorang perawat dari sebuah rumah sakit di Kota Huangshi, sekitar 100 kilometer dari Wuhan, mengatakan, rumah sakit tempatnya berdinas mengalami kekurangan peralatan medis.
"Kami bahkan tidak memiliki cukup masker," ujar perawat yang tidak mau disebutkan namanya itu.
Setidaknya, 24 rumah sakit di Wuhan dan kota-kota kecil lainnya telah meminta bantuan peralatan medis sejak Kamis. Mereka meminta pasokan masker, kacamata pelindung, dan pakaian medis. Seorang dokter di Wuhan juga dilaporkan ikut menjadi korban jiwa virus mematikan itu.
Kritik juga dilancarkan Hu Xijin, pemimpin redaksi Global Times, koran corong Partai Komunis China.
"Wabah ini seharusnya tidak terjadi di China yang mempunyai standar medis canggih dan kemampuan organisasi sosial. Saya pribadi percaya bahwa Wuhan dan otoritas kesehatan nasional harus bertanggung jawab," tulis Hu melalui akun Weibo.
Hu mengatakan, otoritas lokal juga membatasi wartawan untuk mencari informasi mengenai wabah virus corona.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: