Merebaknya virus corona di China yang kini menjadi ancaman internasional dapat memangkas permintaan minyak hingga 260.000 barel per hari. Goldman Sachs menaksir penurunan harga hampir US$3 per barel.
Bloomberg, seperti dikutip RT, Kamis (23/12020), melaporkan, sebagian besar kerugian datang dari bahan bakar jet. Karena menurut Goldman Sachs, risiko penyakit ini membuat wisatawan tidak bepergian dengan pesawat. Namun, bank investasi ini menilai dampak wabah corona pada harga minyak masih moderat.
Virus corona sebenarnya umum pada hewan. Tetapi beberapa virus bisa melompat ke spesies lain, seperti yang terjadi dengan virus SARS. Sehingga virus dapat ditularkan dari manusia ke manusia. Sejak wabah ini terjadi, ratusan orang telah terinfeksi dan otoritas kesehatan di seluruh dunia dalam kondisi siaga merah untuk mengantisipasi agar wabah tidak meluas.
Baca Juga: Pakar Sebut Virus Corona Bisa Sembuh Sendiri, Lalu Mengapa Banyak Korban Tewas?
Penyakit ini kemungkinan akan berefek pada harga minyak yang terbatas secara regional jika wabah SARSĀ indikatornya. Saat itu, menurut data Asosiasi Transportasi Udara Internasional, maskapai penerbangan Asia mencatat penurunan sebesar 8 persen dalam lalu lintas tahunan. Namun, maskapai lain tidak terlalu terpengaruh.
Jadi, sementara dampak pada permintaan bahan bakar jet dan minyak mentah akan terbatas, ketidakpastian tentang prospek permintaan mungkin dapat mendorong penurunan harga.
"Sementara respons suplai OPEC dapat membatasi dampak utama dari guncangan permintaan seperti itu, ketidakpastian awal pada lingkup potensial epidemi dapat menyebabkan harga jual lebih besar daripada yang disarankan," tulis Managing Director Damian Courvalin dan Analis Callum Bruce dari Goldman Sachs dalam sebuah catatan.
Baca Juga: Seorang Penumpang di Soetta Tiba-tiba Jatuh, Diduga Terserang Virus Corona
Harga minyak sudah cenderung lebih rendah ketika Bloomberg melaporkan berita itu. Harga tertekan oleh prediksi Energy Information Administration bahwa produksi serpih Amerika Serikat ditetapkan untuk kenaikan di bulan depan, untuk mencapai total 9,2 juta barel setiap hari.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lili Lestari
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: