Dukung Rencana Perdamaian Timur Tengah Trump, Presiden Turki: Arab Pengkhianat
Yerusalem sudah menjadi sumber gesekan dalam hubungan antara Turki dan Amerika Serikat, yang mengakui kota itu sebagai Ibu Kota Israel pada 2017 dan memindahkan kedutaan ke sana. Proposal itu juga memberi Israel kekuasaan lebih dari 30 persen di Tepi Barat dan membuat tuntutan besar rakyat Palestina, termasuk demiliterisasi, pengakuan Israel sebagai negara Yahudi dan kontrol keamanan menyeluruh Israel yang berkelanjutan di Tepi Barat.
Otoritas Palestina langsung menolaknya, sementara beberapa negara Arab mengatakan rencana itu harus berfungsi sebagai dasar untuk pembicaraan.
"Kami tidak pernah mengakui dan menerima rencana ini yang merampas Yerusalem sepenuhnya," kata Erdogan, menyebutnya sebagai skema "memalukan".
Baca Juga: Eks Presiden AS Kritik Rencana Perdamaian Timur Tengah Trump
"Yerusalem tidak bisa diserahkan pada cakar berdarah Israel," tambahnya.
Erdogan memperingatkan bahwa setiap orang akan bertanggung jawab atas "konsekuensi serius" dari setiap langkah yang mendorong Israel, yang ia sebut sebagai "negara jahat" dan "negara teror." Pemimpin Turki itu juga mengatakan akan berbicara dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas dan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Shelma Rachmahyanti
Tag Terkait: