Sejumlah Peneliti Bor Kerak Bumi buat Cari Bukti Keberadaan Dinosaurus, Hasilnya Itu...
Tim ilmuwan melakukan penyelidikan tentang akhir dari keberadaan dinosaurus di Bumi dan mencoba untuk memprediksi masa depan. Pada bulan lalu, penelitian dilakukan di laut selatan Selandia Baru.
Mencoba membuka sejarah bumi, para peneliti mengangkat bagian-bagian endapan dan batuan kuno dari bawah Pasifik Selatan.
Baca Juga: Enggak Mau Manusia Punah Karena Meteor Bak Dinosaurus, NASA Ambil Langkah Ini!
Dengan sampel-sampel ini, mereka menyelidiki beberapa pertanyaan yang telah dan paling sering ditanyakan, mulai dari apa yang terjadi setelah era dinosaurus? Apa yang terjadi pada kehidupan ketika planet secara dramatis menghangat atau mendingin? Bisakah jutaan tahun sejarah Bumi memberi tahu kita ke mana kita akan pergi?
“Cara kerja lautan, lingkungan, dan iklim Bumi semuanya dicatat dalam sedimen,” ujar Anthony Koppers, seorang profesor geologi kelautan di Oregon State University, dilansir CNN, Rabu (5/2/2020).
Pengeboran di bawah endapan di dasar laut dilakukan dan para ilmuwan mencapai kerak samudera. Menurut Koppers, salah satu keuntungan dari mengebor kerak samudera adalah tebalnya sekitar 7 kilometer, sedangkan di daratan kerap kali lebih tebal. Hal ini yang memungkinkan peneliti mengambil sampel lebih dekat ke mantel Bumi.
“Anda belajar tentang bagaimana dunia bekerja pada skala planet. Ada pertanyaan mendasar tentang asal usul kehidupan di Bumi dan lebih luas ke planet lainnya,” jelas Koppers.
Terdapat mesin yang digunakan untuk Kapal Ekspedisi Proyek Mohole. Ekspedisi berlangsung pada tahun 1961 dan membuka jalan bagi operasi pengeboran ilmiah masa depan di laut.
Pengeboran laut ilmiah dimulai pada akhir 1950-an dan awal 60-an dengan Proyek Mohole, upaya dari Amerika Serikat (AS) untuk mengebor ke dasar kerak bumi. Itu tidak mendekati pengeboran 601 kaki (183 meter) dan sampai saat ini pengeboran yang terdalam di bawah dasar laut adalah 3.250 meter, oleh kapal Jepang Chikyu pada 2019.
Pengeboran laut telah memberikan bukti teori lempeng tektonik (pergerakan lempeng yang terdiri dari lapisan terluar bumi yang berbatu). Selain itu, hal ini mengungkapkan Kutub Utara pernah memiliki iklim subtropis, menemukan hidrat metana beku, es yang mudah terbakar, serta menemukan kehidupan mikroba jauh di bawah dasar laut.
“Lebih dari 50 tahun kami secara bertahap mendapat sedikit lebih banyak wawasan dan sebenarnya itu menyebabkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban,” kata Koppers menambahkan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: