Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jazuli Paparkan Dinamika Politik PKS di Universitas Kyoto

Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini menerima penghargaan dari Center for Southeast Asian Studies (CSEAS) Universitas Kyoto di Jepang, Rabu 5-6 Februari 2020.

Baca Juga: Tegas Rocky Gerung: Saya Oposisi Outdoor, Beda sama PKS

Ia didaulat untuk menjadi pembicara tunggal Seminar Akademik yang fokus membahas perjalanan politik Fraksi PKS di DPR RI dengan topik "The Past, Present, and Future of The Prosperous Justice Party (PKS) in The Indonesia's Parliament (DPR)". Jazuli membawakan subtansi buku karyanya "Risalah Perjuangan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPR RI. 

Seminar yang dihadiri profesor, peneliti, Doktor dan mahasiswa S2 dan S3 ini adalah forum kajian politik kawasan Asia Tenggara dari Universitas Kyoto dan mitra bestarinya. Hadir dalam seminar antara lain Profesor Okamoto Masaki (ahli politik CSEAS Universitas Kyoto), Profesor Marcus Mietzner (ahli politik ANU Australia), Profesor Yasuko Kobayashi (ahli Politik Universitas Nanzan), Dr. Dede Utomo (Universitas Cornell USA), dll.

"Terus terang saya surprise dengan dengan perspektif dan pemahaman profesor dan para peneliti yang kritis dan tajam tentang politik Indonesia dan PKS. Saya senang dan menikmati semua perspektif, apresisiasi, kritik dan masukan. Ini memperkaya PKS dan kami terbuka dengan semua itu," ungkap Jazuli usai menjawab semua pertanyaan diskusi yang berlangsung 3 jam. 

Jazuli sendiri menyampaikan panjang lebar konteks politik Indonesia dikaitkan karakter kemajemukan bangsa hingga mempengaruhi perjalanan politik PKS. Ketua Fraksi PKS itu menjelaskan identitas, visi misi dan garis perjuangan Fraksi PKS yang terus eksis dan dinamis baik di pemerintahan maupun di parlemen, baik di tingkat pusat maupun daerah. 

"Alhamdulillah PKS terus berkiprah sejak pertama ikut Pemilu tahun 

1999 pasca reformasi dan selalu menempatkan wakilnya di DPR dan DPRD. Dalam rentang itu, posisi dan sikap PKS dinamis. PKS pernah di Pemerintahan dan kini memilih di luar Pemerintahan dengan kesadaran penuh menjaga sistem demokrasi agar tetap sehat dalam kerangka checks and balances. Untuk itu Fraksi PKS membangun sikap politik yang kritis dan konstruktif terhadap kekuasaan," tegas Jazuli.

Sementara itu peserta seminar antusias bertanya dan mendalami perkembangan politik PKS mulai dari sikap-sikap terhadap sejumlah isu dan kebijakan sebagai oposisi hingga membahas identitas, karakter dan program Fraksi serta diferensiasinya dengan partai politik politik lain. Pertanyaan soal sistem pilkada, pileg, dan pilpres di Indonesia ke depan juga mengemuka. Juga seputar legislasi RKUHP, UU KPK, hingga soal reforma agraria, perlindungan hak asasi, dan isu pemulangan WNI yang pernah bergabung dengan ISIS. 

"PKS sebagai partai politik terus membuka diri dan berkolaborasi dengan elemen politik lain baik di tingkat nasional maupun internasional. Karena kunci membangun bangsa yang besar dan majemuk seperti Indonesia adalah komunikasi politik, karena kami sadar Indonesia tidak bisa dibangun sendirian. Demikian halnya dalam kita membangun peradaban dunia yang damai dan berkeadilan," tegas Jazuli. 

Oleh karena itu, lanjut Jazuli, PKS dan Fraksi serius membangun komunikasi dan jejering dengan komunitas internasional. Fraksi PKS menggagas kunjungan resmi Fraksi PKS ke Fraksi-Fraksi negara berpengaruh di berbagai kawasan. Fraksi PKS juga menginisiasi program Ambassador Talks menghadirkan duta besar negara sahabat. 

"Termasuk memenuhi undangan kampus, lembaga riset, dan lembaga think tank seperti ke CSEAS Universitas Kyoto ini bagian dari upaya Fraksi PKS membangun jejaring dan komunikasi dengan komunitas akademis Internasional.

Sehingga bukan saja kami bisa mengenalkan dan memahamkan risalah perjuangan Fraksi PKS dan politik Indonesia, akan tetapi juga agar kami mendapatkan feed back dan masukan untuk kemajuan PKS khususnya dan negara Indonesia pada umumnya," pungkas Jazuli.

Di Jepang, Jazuli Juwaini juga dijamu secara khusus oleh Profesor Yashusi Kosugi, Direktur Institut Riset Jepang-Asia Universitas Reitsumeikan, sekaligus Tokoh Muslim Pembina Masjid Kyoto Jepang. Keduanya berbicara dalam konteks kerjasama bagaimana menghadirkan Islam yang rahmatan lilamin sehingga mampu mendinamisasi dan mensejahterakan masyarakat di berbagai negara khususnya di Indonesia dan Jepang.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: