Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dituding Ciptakan Corona, Organisasi Riset Ini Bungkam Mulut Profesor AS dengan Jawaban Ilmiah

Dituding Ciptakan Corona, Organisasi Riset Ini Bungkam Mulut Profesor AS dengan Jawaban Ilmiah Dokter di China. | Kredit Foto: Twitter/News24
Warta Ekonomi, Jakarta -

Terseretnya nama organisasi riset dari tim peneliti dari Institut Virologi Wuhan dan Aliansi EcoHealth sebagai pembuat virus corona menambah panas situasi dunia saat ini. Pasalnya wabah penyakit mengerikan hingga saat ini belum ditemukan antivirus dan antibiotiknya.

Ahli ekologi penyakit Peter Daszak dari EcoHealth Alliance menyangkal dugaan Ebright. "Setiap kali ada penyakit yang muncul, virus baru, cerita yang sama keluar: ini adalah spillover atau pelepasan agen atau virus bioteknologi," kata Daszak seperti dilansir dari sciencemag.

"Itu memalukan. Tampaknya manusia tidak bisa menolak kontroversi dan mitos-mitos ini. Ada keragaman virus yang luar biasa ini dalam satwa liar dan kami baru saja menemukannya. Dalam keragaman itu, akan ada beberapa yang dapat menginfeksi orang dan akan ada yang menyebabkan penyakit."

Baca Juga: Ketika Trump Puji China Lawan Corona: Xi Fokus, Tajam, dan Kuat

Sebelumnya, Ahli biologi molekuler asal Amerika, Richard Ebright dari Rutgers University, Piscataway yang menuding tim peneliti dari Institut Virologi Wuhan dan Aliansi EcoHealth telah menjebak kelelawar di gua-gua di seluruh China, seperti yang ada di Guangdong, untuk mengambil sampel virus corona.

"Kelompok ini selama delapan tahun telah menjebak kelelawar di gua-gua di sekitar China untuk mencicipi kotoran dan darah mereka dari virus. 10.000 kelelawar dan 2.000 spesies lainnya," tutur Ebright.

Menurut Ebright, mereka telah menemukan sekitar 500 coronavirus baru, sekitar 50 di antaranya jatuh relatif dekat dengan virus SARS pada silsilah keluarga, termasuk RaTG13.

Baca Juga: Iih... Jumlah Kematian Akbat Corona Kalahkan Epidemi SARS

Bahkan kelompok ini telah mengambil sampel kotoran kelelawar yang mereka kumpulkan pada 2013 dari sebuah gua di Moglang di provinsi Yunnan, tegas Ebright.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: