Facebook Jadi Pahlawan karena Hentikan Operasi Intelijen Daring Rusia
Facebook menghentikan jaringan akun yang digunakan intelijen militer Rusia untuk mengirim narasi palsu online yang menargetkan Ukraina dan negara-negara lain di Eropa Timur.
"Meski orang di balik jaringan ini berupaya menyembunyikan identitas dan koordinasi mereka, investigasi kami menemukan kaitan pada badan intelijen militer Rusia," papar pernyataan Facebook, dilansir Reuters.
Baca Juga: Rusia: Finansial Jadi Hambatan Pembelian Jet Tempur Su-35 oleh Indonesia
Facebook secara rutin mengumumkan penghentian kampanye disinformasi dari berbagai negara termasuk Rusia. Facebook juga berupaya menghentikan sejumlah pemerintah dan kelompok politik yang menggunakan platformnya untuk menyebarkan informasi palsu atau menyesatkan.
Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia belum memberikan respon untuk komentar. Moskow sebelumnya menyangkal tuduhan Barat dalam kasus intervensi politik, termasuk temuan Jaksa Khusus AS Robert Mueller bahwa Rusia menggunakan akun media sosial untuk mempengaruhi pemilu presiden AS 2016.
Kepala kebijakan keamanan siber Facebook Nathaniel Gleicher menyatakan operasi Rusia terbaru menggunakan lebih dari 100 akun di Facebook dan platform Instagram untuk menciptakan sosok-sosok palsu, sering muncul sebagai jurnalis di negara-negara yang menjadi target.
Berbagai akun itu kemudian dihubungi media dan politisi lokal untuk mengirim cerita palsu tentang berbagai isu politik yang memecah belah, seperti tuduhan korupsi, ketegangan etnik di Crimea dan maskapai Malaysia yang ditembak jatuh di Ukraina pada 2014.
"Kami tahu sejak lama bahwa orang itu berupaya menciptakan suara otentik untuk memperbesar narasi mereka. Ini lebih seperti operasi intelijen klasik, mencoba manipulasi individu-individu penting untuk mencapai dampak besar," ungkap Gleicher.
Para peneliti di firma analisa media sosial Graphika yang meninjau berbagai akun itu sebelum ditutup oleh Facebook menyatakan sebagian besar aktivitas terjadi pada 2016 dan 2017, meski beberapa akun aktif paling baru pada tahun ini.
"Jaringan itu gagal mengumpulkan lebih dari beberapa ribu follower tapi dapat membuat beberapa artikelnya diterbitkan beberapa media lokal," papar Ben Nimmo, kepala investigasi Graphika.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto