Indonesia menawarkan bantuan kepada pemerintah China untuk menangani wabah pneumonia akibat virus corona. Tawaran ini disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat berkomunikasi dengan Presiden China Xi Jinping, Selasa (11/2/2020) malam.
Walaupun negara besar dengan kemampuan luar biasa, China ternyata juga kewalahan mengatasi wabah. Seperti Provinsi Hubei, yang menjadi pusat wabah virus corona covid-19 itu, mengalami kekurangan pasokan produk medis sekalipun karyawan dan buruh sudah mulai bekerja setelah libur panjang Tahun Baru Imlek sejak Senin (10/2/2020) lalu.
Hingga kemarin, China juga belum mampu menjinakkan corona, bahkan jumlah kasus terus bertambah. Data teranyar jumlah pasien sudah mencapai 44.653 orang dengan korban tewas mencapai 1.113 orang, 97 di antaranya tewas dalam 24 jam terakhir. Sebanyak 1.638 pasien baru positif terjangkit virus mematikan itu di Hubei kemarin. Tambahan itu merupakan penularan terendah sejak 2 Februari.
Baca Juga: Geger WN China Terinfeksi Corona Usai Liburan di Bali, Indonesia Beneran Aman?
Khusus di Hubei, sekalipun angka kesembuhan meningkat 10,6% dan angka penularan melambat dibandingkan beberapa hari sebelumnya, wabah corona di Hubei masih memprihatinkan. Menurut Komisi Kesehatan China, jumlah pasien baru corona kini bertambah 2.015 orang, 1.638 dari Hubei, atau total menjadi 44.653 orang.
Namun, bantuan apa yang diperlukan China dan sebaliknya apa yang bisa diberikan Indonesia, belumlah jelas. "Saya juga menawarkan apabila diperlukan bantuan-bantuan untuk mempercepat penanganan, saya sampaikan Indonesia siap untuk memberikan bantuan," ujar Jokowi kemarin.
Dalam komunikasi tersebut, Jokowi tidak luput menyampaikan duka cita atas musibah wabah corona yang menimpa China dan menyatakan akan bersama dengan China dalam menghadapi masa sulit. Mantan Wali Kota Solo itu meyakini China dapat segera menuntaskan masalah tersebut. "Itu kira-kira yang saya sampaikan kepada Presiden Xi Jinping," paparnya.
Dari China, munculnya persoalan suplai medis disampaikan Wakil Gubernur Provinsi Hubei Cao Guangjing kemarin. Persoalan tersebut muncul karena sejumlah pabrik di wilayah Hubei dilaporkan belum beroperasi secara penuh.
"Kekurangan pasokan produk medis masih terjadi. Jika wabah corona terus menyebar secara luas, krisis ini akan berlanjut dan mungkin meningkat," ujar Guang jing, di kutip Reuters.
Sebagai langkah antisipasi, Guangjing berjanji akan berupaya memastikan ketersediaan pasokan medis, terutama di kawasan dengan risiko tinggi. Beberapa langkah yang akan diambil ialah membeli produk dari daerah lain atau luar negeri, memperluas produksi, dan meminta bantuan dari pemerintah pusat Beijing.
Pihak pabrik sendiri bisa dipahami tidak bisa beroperasi secara penuh karena sebagian besar kota dan kawasan industri di Hubei lumpuh akibat wabah corona, isolasi dari daerah lain, serta masyarakat setempat belum banyak yang berani keluar rumah.
Sebagian besar dari mereka juga sibuk mengurusi anggota keluarga yang terinfeksi.
Seperti dilansir Xinhua, kapasitas produksi kebutuhan medis di 22 provinsi sudah mulai pulih sejak awal pekan ini, meski baru mencapai sekitar 76%. Dengan pemulihan ini, Sekretaris Jenderal Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional (NDRC) Cong Liang berharap krisis pasokan di lapangan akan segera teratasi.
Liang patut optimistis sebab dalam waktu normal, produksi masker saja di China dapat mencapai 20 juta per hari, terbesar di dunia. Selain itu, perusahaan pendukung yang esensial dalam melawan wabah corona juga sudah beroperasi, mulai pertanian, pertambangan batu bara, logistik, hingga tukang kurir.
Sampai berita ini diturunkan, tingkat operasi produsen biji-bijian sudah mencapai 94,6%, pertambangan batubara 57,8%, dan logistik 40%. Beberapa sektor lainnya juga mulai berjalan normal, tapi bertahap mengingat para pengusaha yang juga mengikuti instruksi pemerintah membatasi karyawan yang bekerja di kantor.
"Namun, kami juga masih menghadapi sejumlah isu yang menghambat pemulihan produksi nasional, dari kekurangan tenaga kerja, bahan pelindung, keterbatasan produksi, hingga tekanan keuangan," kata Liang. "Kami akan mencoba bekerja sama dengan komisi dan kementerian lain dalam mengatasi isu tersebut."
Singapura Waspada
Wabah corona juga terus meluas di Singapura. Teranyar, tiga orang diduga positif terjangkit virus itu kemarin. Satu pasien baru merupakan karyawan Bank DBS di Pusat Keuangan Marina Bay, sedangkan dua lainnya anggota Gereja Grace Assembly of God. Ketiganya tidak memiliki riwayat bepergian ke China.
"Kami harus mempersiapkan diri menghadapi skenario terburuk," ujar Menteri Kesehatan Singapura Gan Kim Yong, dilansir CNA, kemarin.
Baca Juga: Sabar. . .Sabar. . .Jokowi Kasih Sinyal Mau Pulangkan Anak-anak Eks ISIS
Yong patut khawatir sebab jumlah pasien corona kini mencapai 50 orang, tujuh di antaranya dalam kondisi kritis dan sebagian terinfeksi langsung secara lokal.
DBS akan melakukan berbagai langkah pencegahan penyakit menular dan melacak karyawan lainnya yang mungkin melakukan kontak dengan pasien. Saat ini mayoritas karyawannya diminta bekerja dari rumah. Secara umum, Singapura kian siaga setelah menaikkan tingkat kewaspadaan wabah corona menjadi oranye.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: