Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menjawab Sengkarut Backlog Hunian Lewat Kacamata Milenial

Menjawab Sengkarut Backlog Hunian Lewat Kacamata Milenial Kredit Foto: Taufan Sukma

Kritis

Dihubungi terpisah, Pakar Marketing dan Strategi Digital, Yuswohady menyatakan bahwa segmen pasar milenial memang memiliki karakteristik yang sangat khas dan berbeda dibanding klaster-klaster generasi di atasnya.

Dalam hal kemampuan finansial saja, misalnya, generasi milenial memang kerap terlihat lebih glamor lantaran seringkali mengedepankan masalah penampilan dan hiburan. Namun, jangan juga dianggap bahwa mereka telah mapan secara finansial.

"Justru menurut saya kalangan milenial adalah kelompok masyarakat yang secara finansial paling tidak mapan. Mereka masih muda tapi sebagian malah tidak mau terikat di satu pekerjaan sehingga memilih freelance. Yang bekerja pun rata-rata gajinya juga tidak besar. Dan satu lagi, kalau generasi sebelumnya tidak terlalu menganggap wisata atau hiburan itu penting, bagi milenial (kebutuhan) itu penting. Ini yang membuat mereka secara finansial susah mapan," ujar Yuswohadi.

Dengan berlandaskan kondisi 'kantong' yang demikian, menurut Yuswohadi, secara otomatis dan tanpa sadar bakal mendorong kalangan milenial untuk lebih kritis dalam upayanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Termasuk di antaranya kebutuhan untuk memiliki hunian.

Baca Juga: Masih Sewa Rumah? 12 Tips Ini Wajib Disimak Sebelum Rugi

Kekritisan tersebut akan terjadi dalam berbagai hal, mulai dari bentuk hunian yang minimalis saja asal murah, akses transportasi yang mudah dan juga murah, kewajiban DP yang terjangkau atau malah sebisa mungkin tanpa DP, tenor yang lama hingga fleksibilitas cicilan berupa adanya peluang libur bayar atau malah pelunasan sebelum masanya.

"Mereka akan sangat kritis soal itu. Ini sama halnya dengan kalau kita lihat milenial sukanya nongkrong di kafe, di mal, tapi jangan salah, banyak dari mereka pesen makan-minumnya selalu yang lagi diskon. Jadi hemat. Sama juga soal hunian, ketika makin banyak fasilitas, banyak fleksibilitas, banyak paket diskonnya misal free provisi dan lain-lain, bisa pake aplikasi dan lain-lain, pasti mereka suka. Dan kalau BTN sudah menyiapkan (gimmick) itu semua, artinya bagus. Berarti mereka memang sangat paham kondisi dan kemauan pasar," papar Yuswohadi.

So, jika sekarang akses hunian sudah tersedia dengan demikian mudah, tidak lagi ribet dan semua tersedia dalam satu genggaman, lalu apalagi yang kamu tunggu untuk wujudkan mimpi memiliki rumah idaman, guys?

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: