Serangan Udara di Idlib Suriah, 33 Tentara Turki Tewas Terbunuh
Turki mengumumkan peningkatan jumlah tentara yang terbunuh dalam serangan udara pemerintah Suriah di barat laut negara itu mencapai 33, Jumat (28/2). Angka ini merupakan jumlah kematian tentara Turki tertinggi dalam satu hari sejak Ankara masuk ke dalam konflik Suriah pada 2016.
Terbunuhnya tentara Turki terjadi pada serangan Kamis malam menandai semakin seriusnya eskalasi dalam konflik langung antara pasukan Turki dengan Suriah sejak awal Februari lalu. Rusia ikut terlibat mendukung rezim Assad. Sebelumnya, tentara Turki yang terbunuh dilaporkan sebanyak 29 tentara.
Gubernur Provinsi Hatay Turki (wilayah dekat Idlib), Rhami Dogan mengatakan, setidaknya terdapat 32 tentara yang terluka kini dirawat di rumah sakit setempat. Sejak Februari, sudah 54 tentara Turki terbunuh di provinsi Idlib barat laut Suriah, termasuk jumlah kematian terakhir ini.
Baca Juga: Merasa Terlalu Lembek Sikapi Konflik Idlib, Turki Segera Kerahkan Militer buat Usir Pasukan Suriah
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pasukan Turki yang diserang di Idlib dikerahkan di antara fomasi pertempuran untuk membasmi teroris. Pasukan Turki saat itu tengah berada di daerah Behun. Menurut koordinat yang diberikan kepada Pusat Rekonsiliasi Rusia di Suriah, tidak ada unit militer Turki di daerah itu dan memang tidak seharusnya ada di sana.
"Angkatan udara Rusia tidak melakukan serangan udara di daerah itu. Kami mengambil semua langkah yang diperlukan agar pasukan Suriah menghentikan serangan," ujar pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia.
Kantor berita Suriah SANA mengatakan Turki mengaku pasukannya terbunuh dalam operasi Tentara Arab Suriah melawan organisasi teroris. Sekretaris Jenderal PBB menegaskan kembali seruannya untuk gencatan senjata sesegera mungkin. Antonio Guterres juga menyatakan keprihatinan serius tentang risiko bagi warga sipil dari meningkatnya tindakan militer di Suriah.
"Tanpa tindakan segera, risiko eskalasi yang lebih besar tumbuh setiap jam," ujar Juru Bicara Guterres, Stephane Dujarric.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Shelma Rachmahyanti
Tag Terkait: