Tidak hanya menyerang manusia, virus Corona (Covid-19) juga diperkirakan telah menyerang harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dunia, khususnya Indonesia. Hal tersebut dikarenakan perekonomian China sebagai importir terbesar untuk CPO dan produk turunan asal Indonesia mengalami kelumpuhan akibat serangan Covid-19 yang ditemukan sejak akhir 2019 lalu.
Data Gapki mencatat, ekspor CPO Indonesia ke China mencapai 6 juta ton atau sekitar 17% dari total ekspor Indonesia selama 2019, disusul India dan Uni Eropa masing-masing sekitar 4,8 juta ton dan 4,6 juta ton. Meskipun demikian, permintaan CPO dari China hingga semester I-2020 ini diperkirakan akan berkurang dan terpangkas drastis akibat serangan Covid-19 yang juga telah menyerang negara-negara adikuasa lainnya.
Baca Juga: WNI Positif Corona, Mengapa Pemerintah Belum Larang WNA Masuk Indonesia?
Sentimen lain, yakni sikap Uni Eropa, yang kembali menyerang minyak sawit Indonesia, membuat keperkasaan harga CPO terus tergerus. Perusahaan-perusahaan makanan asal UE meminta produsen minyak sawit dunia untuk mengurangi kadar kontaminan mineral hidrokarbon dalam minyak sawit.
Hal tersebut didasarkan atas hasil penelitian UE yang membatasi kadar 3-MCPD dan GE untuk minyak nabati maksimal sebesar 2,5 ppm dan 1 ppm. Padahal, industri minyak sawit di Indonesia sudah mengikuti standar Codex Alimentarius, yang belum menetapkan standar 3-MCPD, tetapi hanya membuat code of practice untuk industri minyak nabati.
Sempat membawa kabar baik di awal tahun dengan level US$880 per MT, harga CPO CIF Rotterdam kembali menunjukkan tren penurunan hingga akhir Februari 2020. Data CIF Rotterdam mencatat harga rata-rata CPO selama Februari 2020 sebesar US$726,5 per MT atau turun 12,5% dibandingkan Januari lalu. Mulai 24 Februari 2020, harga CPO bergerak turun di bawah US$700 per MT hingga mencapai US$665 per MT pada akhir Februari 2020.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: