Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ambisi Punya 100 Kota Pintar, Indonesia Harus Bereskan Kemacetan Dulu

Ambisi Punya 100 Kota Pintar, Indonesia Harus Bereskan Kemacetan Dulu Kredit Foto: Antara/Raisan Al Farisi

Salah satu tantangan terbesar bagi banyak kota di Indonesia, termasuk Jakarta adalah kemacetan. Lalu bagaimana Jakarta mengatasi masalah kemacetan lalu lintasnya? Jawaban yang jelas adalah menggunakan data yang lebih besar dalam perencanaan kota dan membuat keputusan cerdas tentang tempat berinvestasi dana untuk mengurangi lalu lintas di jalan-jalan.

Dalam hal ini, Jakarta dapat belajar dari pengalaman Nanjing, bekas ibu kota China dan salah satu dari 20 kota teratas di negara tersebut dengan populasi hanya lebih dari 8 juta. Volume lalu lintas di kota sangat besar dan mencerminkan situasi di Jakarta.

Nanjing memiliki sekitar 10.000 taksi, 7.000 bus, dan 1 juta mobil pribadi yang berjalan melalui jaringan jalan kota. Bandingkan angka-angka ini dengan Jakarta, yang hampir dua kali lipat menjadi 137 juta kendaraan di jalan pada 2017, dalam kurun waktu hanya 10 tahun.

Baca Juga: Industri Sawit Ikut Perangi Corona!

"Untuk membantu mengatasi volume lalu lintas, Nanjing mengembangkan sistem lalu lintas pintar generasi berikutnya yang mencakup penggunaan sensor dan cip identifikasi frekuensi radio (RFID) untuk menghasilkan aliran data berkelanjutan tentang status sistem transportasi di seluruh kota," ungkap Andreas.

Kota ini menggunakan SAP IoT dan SAP HANA untuk menganalisis pola pergerakan lalu lintas secara real time. Total lebih dari 20 miliar data sensor dihasilkan setiap tahun di kota. Data ini dikombinasikan dengan data lain seperti perilaku perjalanan individu, harga tiket, kondisi jalan, dan aksesibilitas area. Analitik lalu lintas cerdas menggunakan algoritme analitik canggih membantu kota memahami data.

Sementara Jakarta telah menerapkan beberapa langkah untuk mengurangi kemacetan lalu lintas--MRT Jakarta yang lebih besar, sistem transit kereta api ringan, sistem bus Transjakarta, kereta api bandara dan kereta commuter--manajemen yang lebih baik dan integrasi sistem transportasi umum dengan penggunaan mobil pribadi sangat dibutuhkan.

"Sistem manajemen lalu lintas yang digerakkan oleh data mungkin tidak hanya meningkatkan kehidupan warga Jakarta, tetapi juga dapat membantu meningkatkan produktivitas, menarik investasi baru, dan menarik bakat global ke kota," jelas Andreas.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: