Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sawah Tadah Hujan Didorong Panen Tiga Kali Setahun, Bagaimana Mekanismenya?

Sawah Tadah Hujan Didorong Panen Tiga Kali Setahun, Bagaimana Mekanismenya? Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sawah tadah hujan selama ini dikenal sebagai lahan sawah yang hanya bisa panen satu kali dalam setahun. Akan tetapi, dengan teknologi dan inovasi, sawah tadah hujan kini bisa panen tiga kali setahun.

"Sawah tadah hujan biasanya mengandalkan curah hujan dan hanya bisa menghasilkan di musim hujan. Namun, pengkajian kami membuktikan penerapan inovasi bisa meningkatkan produktivitasnya secara signifikan," ungkap Kepala Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian (Kementan), Fadjry Djufri, dalam keterangan pers yang diterima, Kamis (26/03/2020). 

Baca Juga: Ikut Berperang Lawan Covid-19, Kementan Sediakan Disinfektan Booth

Upaya Kementan untuk mendorong peningkatan produktivitas padi di sawah tadah hujan dilakukan untuk memastikan stok beras nasional berlimpah. Bahkan, pemerintah memiliki target untuk meningkatkan ekspor beras. Pekan lalu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memprediksi pada masa panen raya bulan Maret–April nanti akan ada tambahan stok beras hingga 8 juta ton. Produksi padi tidak lagi hanya mengandalkan lahan sawah beririgasi, tapi juga pemanfaatan lahan suboptimal.

"Langkah-langkah inovatif perlu dilakukan untuk memastikan produksi beras kita meningkat secara signifikan, antara lain dengan memanfaatkan lahan-lahan yang belum optimal dan menambah kapasitas produksinya," ungkap Fadjry.

Untuk menambah kapasitas produksi sawah tadah hujan, Fadjry menuturkan Kementan telah meningkatkan pemberian bantuan pompa air. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan Balitbangtan, pompa air merupakan titik ungkit sawah tadah hujan untuk bisa memiliki indeks pertanaman (IP) 300.

"Berdasarkan pengkajian kami, pemanfaatan air tanah dengan menggunakan pompa penting untuk dipraktikkan. Mereka menyiram sawah tadah hujan terutama pada musim tanam ketiga atau musim kemarau," jelasnya.

Mekanisme pemanfaatan pompa air, disebut Fadjry, harus menyesuaikan dengan kondisi di lapangan. Air tanah di lahan sawah yang dangkal dengan tingkat kedalaman sekitar enam hingga sepuluh meter cukup menggunakan pompa kapasitas kecil.

"Sementara untuk daerah lain yang lebih jauh dari sungai dan air tanah lebih dalam posisinya, diperlukan pompa dengan kapasitas lebih besar agar dapat mengeluarkan air dengan debit yang sama," terang Fadjry.

Selain pemanfaatan pompa air, optimalisasi sawah tadah hujan juga dilakukan dengan memperhatikan kondisi tanah. Pada lahan yang bertekstur liat, produktivitas padi dapat mencapai 8 ton per hektare, sedangkan pada lahan yang bertekstur pasir produktivitasnya 5 ton per hektare.

"Untuk itu, kami melakukan upaya untuk meningkatkan produktivitas padi pada lahan sawah yang bertekstur pasir di antaranya dengan penambahan bahan organik untuk meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan kemampuan tanah dalam memegang air," pungkas Fadjry.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: