Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

3 Penyebab Utama Kinerja IHSG Perkasa dan Bangkit dari Keterpurukan

3 Penyebab Utama Kinerja IHSG Perkasa dan Bangkit dari Keterpurukan Kredit Foto: Antara/Galih Pradipta
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wabah virus corona yang melanda Indonesia dan dunia sempat membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan signifikan hingga terusir ke level 3.900-an pada awal pekan ini. Kendati begitu, di pekan ini pula IHSG mampu bangkit dari masa-masa sulit sulitnya tersebut.

Titik balik IHSG terjadi sehari setelah libur Nyepi, yakni pada perdagangan bursa Kamis (26/03/2020). Sepanjang hari kemarin, IHSG bergerak ekspansif hingga akhirnya ditutup dengan apresiasi tinggi 10,19% ke level 4.338,90 pada akhir sesi II.

Baca Juga: Trump dan Senat AS Selamatkan Ekonomi Paman Sam, Tapi Rupiah dan Global Bikin Dolar AS Babak Belur!

Kinerja IHSG terus menghijau sampai dengan perdagangan akhir pekan ini. Menutup sesi pertama, HSG menguat 7,89% ke level 4.681,38, di mana sebelumnya IHSG mampu meroket hingga ke level tertinggi di angka 4.697,67.

Jika dikalkulasikan, dalam dua hari terakhir, apresiasi IHSG menembus angka 14,03%. Mengapa demikian? Redaksi WE Online mencoba untuk merangkum sejumlah faktor atau sentimen yang membuat kinerja IHSG begitu cemerlang pada akhir-akhir ini. Berikut adalah informasi lengkapnya.

1. Stimulus Fiskal dari Senat AS

Keputusan Senat AS untuk menyetujui stimulus fiskal senilai US$2,2 triliun menjadi sentimen utama yang mendongkrak kinerja pasar keuangan dan investasi global, termasuk Indonesia. Stimulus fiskal yang nilainya setara dengan 32.000 triliun itu mampu mmebuat kinerja pasar investasi dan keuangan di Indonesia membaik, khsusunya bagi rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

"Penguatan IHSG dipicu stimulus besar-besaran dari pemerintah AS plus juga rupiah menguat," jelasnya seperti dilansir dari Antara, Jakarta, Jumat (27/03/2020).

Baca Juga: Pasar Modal Cerah Ceria, Good Job Nih Buat BCA dan BRI

Perlu diketahui, stimulus fiskal tersebut sebelumnya diajukan oleh Presiden Donald Trump dengan harapan bahwa dana tersebut dapat menyelamatkan ekonomi AS dari ancaman resesi akibat virus corona.  Tak main-main, angka US$2,2 triliun merupakan nilai terbesar dari kebijakan yang pernah disetujui Senat AS.

Bagai terkena efek domino, kebijakan fiskal ini pun memicu sejumlah negara lainnya untuk bahu-membahu bangkit dari keterpurukan ekonomi akibat virus corona. Misalnya saja, Jerman baru-baru ini juga menggelontorkan dana sekitar US$860 miliar untuk penanganan virus yang telah menelan ribuan nyawa manusia itu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: