Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

India-Malaysia Kembali Mesra, Sawit Indonesia: Tidak Apa-Apa!

India-Malaysia Kembali Mesra, Sawit Indonesia: Tidak Apa-Apa! Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hubungan Malaysia dan India yang sempat memanas akibat kritik mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad akhir tahun lalu, sepertinya sudah mereda. Pasalnya, kritik yang disampaikan Mahathir terkait Kashmir dan Undang-undang Kewarganegaraan India pada 2019 itu telah berdampak pada pembatasan pembelian minyak kelapa sawit mentah dan produk olahan sawit asal Malaysia oleh India.

Tidak hanya itu, India juga merespons dengan menaikkan tarif masuk CPO dan produk turunan minyak sawit asal Malaysia sebesar 5 persen yang berdampak pada penurunan jumlah ekspor minyak sawit Malaysia ke India yang kurang dari 200.000 ton per bulan.

Namun, sejak Mahathir kehilangan kekuasaannya dan digantikan oleh Muhyiddin Yassin, hubungan Malaysia dan India semakin mesra, khususnya dalam transaksi minyak sawit. Adanya keputusan dari Pemerintah India untuk menurunkan tarif masuk minyak sawit olahan asal Malaysia sebesar 5 persen disambut baik oleh pemerintah Malaysia.

Baca Juga: Karena Sawit, Parjan Bergelimang Duit!

Ini berarti tarif masuk minyak sawit olahan asal Malaysia dan Indonesia ke India menjadi sama, yakni 45 persen.

India juga menjadi salah satu negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia. Setaranya tarif masuk minyak sawit Malaysia dan Indonesia ke India sedikitnya mengancam keberlangsungan pasar ekspor Indonesia.

Tidak hanya itu, pandemi corona yang bersumber dari China juga akan berimbas pada penurunan ekspor minyak sawit Indonesia ke China. Data Gapki mencatat ekspor sawit (meliputi minyak sawit mentah (CPO), produk turunan, oleochemical, dan biofiuel) Indonesia ke China dan India pada 2019 berturut-turut yakni 8,13 juta ton dan 5,16 juta ton.

Baca Juga: CPO Oh CPO… Ayolah!

Meskipun demikian, Indonesia masih dapat diuntungkan dengan meningkatnya penyerapan minyak sawit domestik untuk memenuhi kebutuhan biodiesel. Apalagi, pemerintah juga akan segera melakukan uji coba program B40 pada tahun ini. Artinya, kebutuhan minyak sawit untuk pencampuran bahan bakar solar akan semakin besar.

Wakil Ketua Umum Gapki, Togar Sitanggang mengatakan, "Misalnya potensi ekspor hilang 1 juta ton, ada kebutuhan B30 dan B40 bisa menolong pasokan sawit dalam negeri."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: