Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sekjen PBB: Corona, Krisis Terburuk Sejak Perang Dunia II

Sekjen PBB: Corona, Krisis Terburuk Sejak Perang Dunia II Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guiterres, mengatakan, pandemi virus corona adalah krisis global terburuk yang terjadi sejak Perang Dunia II, Senin (31/3/2020). Ia khawatir pandemi dapat memicu konflik di seluruh dunia.

Menurut Guiterres, krisis ini disebabkan oleh sebuah penyakit yang menjadi ancaman bagi setiap orang di dunia. Dampak ekonominya mungkin akan menimbulkan resesi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Baca Juga: Tingkatkan Solidaritas di Tengah Pandemi, PBB Ajukan Paket Ekonomi USD2,5 Triliun

"Gabungan dari dua fakta tersebut serta risiko instabilitas, keresahan, dan konflik yang meningkat merupakan hal-hal yang membuat kita percaya bahwa krisis ini paling menantang yang kita hadapi sejak PD II," kata Guiterres kepada wartawan, seperti dikutip Channel News Asia, Selasa (1/4/2020).

Guiterres mengatakan, respons yang lebih kuat dan efektif hanya ada dalam solidaritas, jika setiap orang bergandeng tangan, melupakan permainan politik, dan memahami bahwa ini adalah masalah kemanusiaan.

Virus corona telah membunuh lebih dari 40.000 orang dan menghancurkan ekonomi dunia. Guiterres memperingatkan, kita belum memiliki paket global untuk menolong negara berkembang menekan penyebaran penyakit ini dan mengatasi konsekuensi dramatis dari pandemi. Ia menekankan pada masalah pengangguran, runtuhnya perusahaan kecil, dan orang-orang yang rentan di sektor informal.

"Kita bergerak lambat di arah yang tepat. Namun, kita harus bergerak cepat dan melakukan lebih banyak lagi jika ingin mengalahkan virus ini," katanya.

PBB didirikan di akhir PD II yakni pada 1945 bermarkas di New York dan memiliki 193 negara anggota. Selasa ini, PBB membuat pendanaan baru untuk membantu negara-negara berkembang setelah minggu lalu melakukan donasi untuk negara-negara miskin yang terpukul karena konflik.

"Dengan bantuan tradisional dari negara-negara kaya, kita perlu memiliki instrumen keuangan yang inovatif sehingga negara-negara berkembang dapat merespons krisis ini," kata Guiterres. Ia memperingatkan, wabah corona bisa berbalik memukul negara-negara kaya. Jutaan orang akan mati.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lili Lestari
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: