Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjerembab 3,18% atau 151,94 poin ke level 4.626,69. Sejak awal sesi perdagangan dengan saham-saham sektor aneka industri -4.23% dan properti -3.82% memimpin pelemahan sektoral.
Head of Research Reliance Sekuritas, Lanjar Nafi mengungkapkan bila katalis dari global mengenai kegagalan mencapai kesepakatan pada stimulus ekonomi menjadi salah satu penyebab anjloknya IHSG.
“Ditambah, turunnya cadangan devisa Indonesia yang membebani pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menjadi alasan investor untuk melakukan aksi profit taking setelah mengalami penguatan sejak akhir pekan lalu,” katanya, di Jakarta, Rabu (8/4/2020).
Baca Juga: IHSG Terkoreksi 3,18% di Akhir Sesi II
Investor asing pun masih tercatat melakukan aksi jual bersih sebesar Rp329,23 miliar diseluruh papan perdagangan mengiringi pelemahan nilai tukar rupiah yang melamah 0.31% ke level Rp16.250 per dolar AS.
Pihaknya memperkirakan IHSG masih akan bergerak cenderung melemah dengan support resistance 4.516-4.850. “Saham-saham yang masih menarik secara teknikal seperti HMSP, CPIN, LPPF dan TOTL,” ucapnya.
Baca Juga: Muantap! Saham Perusahaan Hary Tanoe Malah Diborong Kala Aksi Profit Taking Terpa Bursa
Sementara itu, mayoritas bursa saham Asia bervariasi dengan penguatan pada indeks saham Nikkei (+2.13%) dan TOPIX (+1.59%) sedangkan indeks Hangseng (-1.17%) dan CSI300 (-0.47%) turun mengikuti indeks berjangka ekuitas AS setelah para kepala keuangan gagal mencapai kesepakatan pada respon ekonomi terhadap pandemic.
Dimana, Bursa Eropa membuka perdagangan bursa saham mengiringi pelemahan indeks berjangka dan ekuitas di wallstreet dengan berada pada zona hijau setelah sempat menguat sebelumnya dipembukaan. Obligasi euro dan Italia juga terpukul setelah pejabat Uni Eropa berjuang untuk merekonsiliasi visi yang berbeda untuk langkah-langkah yang diperlukan untuk membantu ekonomi mereka pulih dari pandemi, sementara utang regional inti naik. Output Prancis menyusut paling banyak sejak Perang Dunia II pada kuartal pertama, indikator terbaru dari tingkat keparahan goncangan dari jatuhnya permintaan dan pasokan secara simultan pada fase krisis kesehatan pandemic coronavirus.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri