Kondisi perekonomian hampir di seluruh sektor tidak bisa lepas dari dampak virus Corona yang melanda Tanah Air. Meski begitu, tak seluruh dampak itu buruk bagi sektor yang terimbas Covid-19.
Pakar marketing Inventure Consulting Yuswohady melihat bahwa beberapa industri sudah memiliki model bisnis yang sustainable untuk sekadar bertahan, bahkan berkembang di tengah kondisi seperti saat ini. Sebagian juga menerima berkah, seperti industri farmasi.
Berikut adalah deretan industri yang sustain, bahkan mampu meraup untung di tengah pandemi Corona.
1. E-Commerce
Survei mengatakan, 30% konsumen Indonesia akan lebih sering melakukan belanja online (Nielsen, Maret 2020). Angka ini menakjubkan karena dalam rentang waktu kurang dari satu bulan perilaku konsumen berubah demikian drastis.
Baca Juga: Dipukul Covid-19 Habis-habisan, 10 Sektor Bisnis Ini Paling Babak Belur
"Pemain e-commerce seperti Tokopedia, Lazada, Shopee, melakukan 'riding the wave' dengan promo diskon dan free delivery. Peritel grocery konvensional seperti Yogya mulai meluncurkan layanan belanja online. Kebersihan dan compliance kepada protokol Covid-19 menjadi faktor key competitive advantages," ujar Yuswo dalam video conference, Senin (13/4/2020).
2. Logistik
"Jasa logistik atau supply-chain adalah pilar Stay @Home Economy. Ketika e-commerce marak, maka bisnis logistik dan pengantaran menjadi ikutan booming," kata Yuswo.
Survei menunjukkan, di tengah terjangan Covid-19 sekitar 40-50% orang mengurangi aktivitas mereka di luar, mulai dari mengunjungi mal, berbelanja dan makan di luar, sampai aktivitas hiburan lainnya. Akibatnya, kebutuhan yang ingin mereka beli memerlukan jasa pengantaran hingga di depan pintu rumah.
"Wabah Covid-19 akan menciptakan Generasi Mager (malas gerak) dan Generasi Rebahan yang sangat bergantung pada jasa pengantaran. Pascawabah industri logistik akan reemerging dan memasuki second curve pertumbuhan baru. Fitur seperti No Contact Drop-off Service akan mainstream karena konsumen semakin sensitif tertular virus," lanjutnya.
3. Food Delivery
Covid-19 saat ini membuat industri food & beverage harus menggantungkan pendapatan mereka melalui fitur layanan pesan-antar makanan. Layanan food delivery, seperti Go-Food dan GrabFood berlomba-lomba memberikan promo dan fitur tambahan seperti contactless delivery untuk memberi jaminan higienitas saat menerima pesanan.
"Pada Maret, di tengah ketakutan akibat wabah Covid-19, konsumen 22% lebih sering memesan food delivery dan 19% lebih sering melakukan take away. Dengan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), maka intensi konsumen untuk memesan makanan via online akan terus merangkak naik," paparnya.
4. Remote Working
"Dalam buku Millennials Kill Everything (2019) saya meramalkan bahwa jam kerja 9-to-5 dan tempat kerja akan 'dibunuh' oleh milenial. Rupanya bekerja di kantor 9-to-5 dibunuh lebih cepat oleh Covid-19," kata Yuswo.
Wabah Covid-19 telah memaksa karyawan untuk bereksperimen menjalankan Work from Home (WFH). Dalam setiap proses pembentukan kebiasaan baru (consumer new habit) penting sekali konsumen melewati fase: Denial, Resistance, Exploration, dan Commitment.
"Nah, Covid-19 memaksa konsumen melewati fase-fase itu secara lebih cepat (short-cut) sehingga proses pembentukan kebiasaan barunya lebih cepat. Covid-19 is the 'catalyst' of WFH," lanjutnya.
5. Streaming Services
Di tengah kebosanan karena stay @ home, layanan entertainment streaming berbayar seperti Netflix, Amazon prime, Spotify, hingga Iflix menjadi solusi. Bulan lalu pelanggan Netflix di Italia 77% dan Spanyol 33% hanya dalam waktu kurang dari 1 bulan.
"Di Indonesia selama bulan Maret 2020, watchtime Youtube mengalami peningkatan 1.5X. Livestream dan virtual concert menjadi mainstream baru di dunia hiburan. Lady Gaga misalnya, meluncurkan virtual music festival, sebuah inovasi dunia pentas musik sekaligus membantu korban wabah Covid-19," ujar Yuswo.
6. Media & Telco
Konsumsi konten media khususnya media online melonjak selama wabah Covid-19. Di tengah kecemasan, masyarakat intensif mengikuti perkembangan berita mengenai penyebaran wabah melalui TV, media sosial, WhatsApp.
"Main games juga menjadi aktivitas favorit untuk membunuh kebosanan. Namun celaka, orang membaca media cetak kian merosot. Sementara kebiasaan membaca buku yang biasanya nganggur di perpustakaan pribadi kini mulai dilakoni," ujar Yuswo.
Yang menarik, konten media yang terkait dengan kebutuhan working dan learning meningkat karena adanya kebiasaan baru; WFH.
7. Online Learning
Seperti halnya WFH, jutaan anak-anak di seluruh tanah air dipaksa untuk belajar secara online, sebuah kebiasaan baru yang sebelumnya sulit dikembangkang. Awalnya aplikasi Ruangguru yang mempelopori pembelajaran berbasis online, namun tak pernah mencapai mainstream seperti yang terjadi pada belanja online (dipelopori Tokopedia), ojek online (Go-Jek) atau travel online (Traveloka).
"Blessing in disguise, Covid-19 berjasa besar menciptakan critical mass hingga membawa kursus dan sekolah online mencapai mainstream market. Suatu hal yang tak mungkin terjadi dalam kondisi normal," tegasnya.
8. Cloud Services
"Revolusi WFH yang dilakukan banyak kantor hingga beberapa bulan ke depan mengakibatkan semua aktivitas pekerjaan harus bisa diselesaikan melalui platform cloud service. Dengan maraknya remote working dan tingginya tuntutan digital collaborative working, maka SaaS (Software as a Services), IaaS (Infrastructure as a Services), PaaS (Platform as a Services) akan masuk babak baru pertumbuhan eksponensial," ujarnya.
Microsoft Azure, salah satu platform office work, menyatakan bahwa terjadi peningkatan user sebesar 775% di seluruh dunia karena saat ini semua perusahaan membutuhkan platform penunjang mobilitas dan produktivitas karyawan.
Untuk provider lokal, CloudX milik Telkom yang memungkinkan mobilitas meeting dan pekerjaan kantor dilakukan melalui online juga mengambil momentum dengan promo besar-besaran.
9. Telemedicine dan Farmasi
Ketika wabah mendera, konsumen lebih serius menjaga kesehatan dan higienitas makanan. Di saat wabah Covid-19, konsumen Indonesia 44% lebih sering mengonsumsi health product, 37% lebih sering mengonsumsi vitamin drink, dan 37% lebih sering mengonsumsi jamu.
Kebijakan physical distancing menyebabkan adopsi layanan telemedicine berlangsung cepat. Halodoc dan Alodokter menikmati first-mover advantages yang berpotensi menjadi the next unicorn Indonesia.
"Bencana Covid-19 memaksa konsumen mencoba dan bereksperimen menggunakan layanan telemedicine. Ketika mereka mendapatkan user experience yang baik (convenient, cost/time eficient, friendly customer service), maka telemedicine akan diterima luas dengan pasar yang amat besar. Telemedicine menjadi cara baru berobat dan membeli obat," katanya.
10. Cleaning Services
Perhatian terbesar keluarga-keluarga Indonesia di masa wabah adalah kesehatan dan keamanan diri dan keluarga (McKinsey, 2020). Karena itu, bisnis cleaning service langsung meroket. Wabah Covid-19 telah mengubah layanan ini menjadi salah satu kebutuhan utama keluarga karena meningkatnya perhatian terhadap kesehatan.
"Data Nielsen juga menunjukkan praktis semua produk kategori hygiene-related mengalami peningkatan permintaan yang fantastis. GoClean, salah satu pionir penyedia jasa pembersih online, mendapatkan first-entrant advantage. Bisa dipastikan startup baru bakal menyusul untuk memperebutkan kue pasar yang tiba-tiba membengkak," ujar Yuswo.
Tak hanya selama krisis Covid-19, setelahnya gaya hidup baru yang bersih dan higienis akan permanen mengubah perilaku konsumen. Kenapa? Karena ancaman Covid-19 dan virus-virus sejenis setelahnya akan terus mengintai. Cleaning service akan menjadi the big business, with big players, and big competitions.
11. Home Fitness
Dengan adanya PSBB, ruang gerak masyarakat yang ingin berolahraga menjadi kian terbatas. Karena itu, aktivitas satu-satunya menjaga kebugaran adalah di rumah. Tak heran jika survei mengatakan selama wabah, 34% konsumen Indonesia lebih sering melakukan indoor exercise.
"Sebelumnya, aktivitas fitness menjadi happening karena dilakukan di pusat-pusat kebugaran secara bersama-sama. Namun, dengan berlakunya social distancing konsumen dipaksa melakukan aktivitas home fitness. Awalnya memang berat, namun seiring berjalanya waktu akan terbentuk kebiasaan baru," kata Yuswo.
Baca Juga: Gerindra Tagih Kesiapan Skema Restrukturisasi BRI & Bank Mandiri Bagi UMKM
"Tren aplikasi yang memberikan fitur home fitness menjadi tren. Salah satunya aplikasi lokal Doogether yang memberikan tips berolahraga di rumah peralatan sederhana. Marak juga live show berolahraga bareng melalui IGTV atau Facebook seperti yang dilakukan Empirefitclub yang mengajak member untuk berolahraga virtual bareng," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: