Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Thailand Bingung, Seorang Dokter Tewas Diduga Kena Virus dari Jenazah Positif Corona

Thailand Bingung, Seorang Dokter Tewas Diduga Kena Virus dari Jenazah Positif Corona Kredit Foto: Reuters/Lucas Jackson
Warta Ekonomi, Bangkok -

Seorang ahli forensik di Thailand telah meninggal setelah terifeksi virus corona baru (COVID-19) dari mayat korban virus tersebut yang dia periksa.

Penularan dari jasad korban virus corona ke orang yang masih hidup ini menjadi kasus pertama di dunia. Menurut sebuah surat yang diterbitkan Journal of Forensic and Legal Medicine, praktisi forensik yang meninggal itu bekerja di Ibu Kota Thailand, Bangkok. Rincian lebih lanjut, termasuk nama dan umurnya, tidak disebutkan.

Baca Juga: Thailand Setop Kedatangan Pesawat Penumpang untuk Cegah Penularan Virus Corona

Won Sriwijitalai dari Pusat Medis RVT Bangkok dan Viroj Wiwanitkit dari Universitas Patil DY India, ikut menulis surat tersebut.

"Menurut pengetahuan terbaik kami, ini adalah laporan pertama tentang infeksi COVID-19 dan kematian di antara tenaga medis di unit kedokteran forensik," bunyi surat mereka.

Surat itu ditulis pada 20 Maret, ketika ada 272 kasus COVID-19 dikonfirmasi di Thailand, termasuk dua tenaga medis; profesional kedokteran forensik dan asisten perawat.

Sriwijitalai dan Wiwanitkit mengatakan bahwa ketika pemeriksa forensik terpapar virus SARS-CoV-2—yang menyebabkan COVID-19—sebagian besar kasus di Thailand adalah kasus impor dan virus itu tidak menyebar luas di masyarakat.

"Selain itu, ada kemungkinan rendah para profesional kedokteran forensik untuk melakukan kontak dengan pasien yang terinfeksi, tetapi mereka dapat memiliki kontak dengan sampel biologis dan mayat," lanjut surat mereka.

"Saat ini, tidak ada data tentang jumlah pasti mayat yang terkontaminasi COVID-19 karena itu bukan praktik rutin untuk memeriksa COVID-19 pada jasad-jasad di Thailand. Namun, pengendalian infeksi dan tindakan pencegahan universal diperlukan."

Mereka menyarankan para profesional forensik untuk mengenakan pakaian pelindung, termasuk jas, sarung tangan, kacamata, topi dan masker saat bekerja. Selain itu, unit patologi dan forensik harus mengikuti prosedur desinfeksi pada mayat yang digunakan di ruang operasi.

Angelique Corthals, profesor patologi di Universitas Kota New York John Jay College of Criminal Justice, yang tidak terlibat dalam kasus ini, mengatakan kepada BuzzFeed News; "Tidak hanya pemeriksa medis, tetapi teknisi kamar mayat dan orang-orang di rumah duka perlu hati-hati."

Summer Johnson McGee, seorang ahli kebijakan kesehatan di University of New Haven, juga mengatakan kepada BuzzFeed News bahwa siapa pun yang bersentuhan dengan tubuh yang telah dites positif terkena virus corona, "hidup atau mati", harus memakai alat pelindung diri untuk menghindari penyebaran virus.

"Autopsi dan penyelidikan selanjutnya menghadirkan risiko nyata bagi koroner untuk terpapar COVID-19," katanya, yang dilansir Selasa (14/4/2020).

Dalam panduan sementara tentang cara mengelola jasad korban COVID-19 yang aman yang diterbitkan pada akhir Maret, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan mayat umumnya tidak menular, kecuali dalam kasus demam berdarah seperti Ebola dan Marburg, atau jika paru-paru pasien dengan pandemi influenza tidak ditangani dengan baik.

"Sampai saat ini tidak ada bukti orang yang telah terinfeksi dari paparan pada tubuh orang yang meninggal karena COVID-19," kata WHO.

"Rekomendasi ini dapat direvisi ketika bukti baru tersedia," imbuh badan yang beranaung di bawah PBB tersebut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: