Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan pihaknya masih menunggu keputusan Menteri Perhubungan Ad interim Luhut Binsar Pandjaitan untuk memberhentikan operasional kereta listrik atau KRL Jabodetabek selama wabah virus corona atau Covid-19.
Diketahui, Jabodetabek akan memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai 18 April besok.
“Saya dua hari yang lalu mengusulkan kepada Menteri Perhubungan agar operasi kereta komuter dihentikan dulu selama PSBB berlangsung,” katanya Anies, Kamis (16/4/2020).
Baca Juga: Anies Sebut PSBB DKI Hampir Dipastikan Diperpanjang, Alasannya...
Baca Juga: Anies: PSBB di DKI Jakarta Sudah Berlaku, Tapi...
Lanjutnya, ia mengatakan pihak Kementerian Perhubungan saat ini tengah membahas terkait usulan tersebut. Sambungnya, ada kemungkinan penghentian operasi KRL disetujui jika bantuan sosial telah diberikan.
“Mereka sedang membahas dan menurut jawaban yang diterima jika nanti bantuan sosial sudah berhasil diturunkan maka pembatasan operasi akan dilakukan,” ujar dia.
Selain itu, ia memastikan pihaknya telah mengurangi jam operasional maupun kapasitas penumpang di setiap kendaraan seperti menggunakan pintu masuk halte untuk mengontrol keadaan di dalam bus.
“Jam operasionalnya sudah dibatasi dan jumlah penumpangnya juga dikendalikan di pintu masuk halte maupun stasiun. Mereka diizinkan masuk bus jika masih ada ruang yang cukup begitu pula dengan kereta api,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan pengguna kendaraan umum yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga mengalami penurunan yang signifikan yakni semenjak 1 April 2020 penumpang TransJakarta hanya menjadi 103 ribu orang per hari dan 91 ribu orang, Rabu (15/4).
Sambungnya, dalam kondisi normal ketika tak ada wabah COVID-19 penumpang TransJakarta bisa mencapai 950 ribu hingga 1 juta orang per hari sehingga artinya saat ini tinggal sekitar 9 persen saja.
“Semenjak 1 April 2020 tinggal 103 ribu, lalu hari ini atau kemarin tinggal 91 ribu penumpang artinya sudah tinggal 9 persen dari normalnya penumpang TransJakarta,” ujarnya.
Kemudia, hal yang sama juga berlaku pada MRT yakni biasanya penumpang mencapai 85 ribu sampai 100 ribu per hari dan kini rata-rata penumpang hanya lima ribu per hari atau tinggal lima persen saja.
“LRT kita malah tinggal 200 orang per hari. Kemudian kendaraan umum kita batasi seperti MRT sekarang dibatasi tiap 30 menit dan hanya berhenti di 4-5 stasiun saja,” jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil