Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Meski Replanting Sawit, Petani Tetap Berduit!

Meski Replanting Sawit, Petani Tetap Berduit! Kredit Foto: Antara/Aswaddy Hamid

Proses penebangan pohon sawit dan penanaman ulang dengan menggunakan bibit unggul memang terkesan 'mematikan' usaha kebun sawit. Pekebun sawit atau perusahaan sawit harus menunggu setidaknya empat tahun agar tanaman sawit berbuah sehingga dapat memberikan keuntungan.

Artinya, selama tanaman sawit belum menghasilkan dalam periode replanting, produsen tidak mendapatkan penerimaan. Hal inilah yang menjadi salah satu demotivasi, khususnya pekebun sawit, yang menggantungkan perekonomiannya pada budi daya sawit.

Dugaan tersebut tidak sepenuhnya benar. Tanaman sawit yang diremajakan memang belum dapat dipanen pada fase tanaman belum menghasilkan (TBM) selama tiga tahun awal, namun pekebun sawit bisa mendapatkan penerimaan, baik dari hasil pengelolaan limbah kebun sawit yang diremajakan maupun polikultur pada lahan sawit yang diremajakan.

1. Batang sawit tua

Batang sawit tua yang ditebang dalam proses peremajaan tidak langsung menjadi limbah yang tak berguna. Air nira yang terdapat dalam batang sawit tua dapat diolah menjadi gula merah sawit. Nilai ekonomi dari gula merah sawit dapat memberikan pendapatan bersih sekitar Rp18–Rp22 juta per hektare.

Tidak hanya itu, pengambilan air nira dari batang sawit juga dapat mengurangi serangan hama kumbang tanduk (oryctes rhynoceros), yang selama ini sering menyerang tanaman sawit yang diremajakan.

Batang sawit tua yang telah diambil niranya tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku furnitur atau mebel, kayu lapis, dan flooring. Harga jual batang sawit ini juga tidak jauh berbeda dibandingkan harga kayu alam.

Kualitas dari batang sawit juga sama dengan kayu kelas dua, seperti Meranti, dan jika diawetkan akan semakin meningkatkan kekuatan dan kualitas batang sawit. Selain itu, motif batang atau kayu sawit juga unik sehingga menjadi daya tarik pembeli.

Para peneliti menemukan bahwa sepertiga bagian terluar dari batang sawit--kualitasnya setara dengan kayu Sengon--dapat digunakan sebagai bahan bangunan dengan memberikan perlakukan khusus.

Selain menjadi gula merah, furnitur kayu, dan bahan bangunan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah mengklaim serat pada batang kelapa sawit dapat diolah menjadi bioetanol dan pelet pengganti batu bara.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: