Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bergesernya Pola Hubungan Internasional Negara-negara Dunia di Tengah Wabah Corona

Bergesernya Pola Hubungan Internasional Negara-negara Dunia di Tengah Wabah Corona Kredit Foto: Reuters/Lucas Jackson

Model Problem Koordinasi "stag hunt"

  • Dalam bukunya yang berjudul Discourse on Inequality, filsuf Eropa Jean-Jacques Rousseau, pada 1754 bercerita tentang dua pemburu yang memiliki pilihan untuk berburu rusa atau kelinci.
  • Keduanya harus pulang dengan membawa hasil.
  • Masalahnya, walau bernilai lebih besar, pilihan berburu rusa berisiko tinggi dan mengharuskan para pemburu untuk berkolaborasi, bahkan tanpa saling tahu langkah apa yang diambil pihak lainnya.
  • Ini membuat si pemburu cenderung mengambil pilhan kedua: berburu kelinci sendiri-sendiri, dibanding percaya bahwa pemburu lain bersedia bekerja sama untuk berburu rusa.

 

"Saat ini, banyak aktor, baik perorangan, komunitas, maupun negara yang berlaku seperti pemburu kelinci dalam analogi itu," ujar Randy kepada Hellena Souisa dari ABC News.

"Kita cenderung merespon pandemi sendiri-sendiri," tambahnya.

Namun, Randy memaklumi keputusan banyak negara saat ini yang memilih bekerja sendiri dibanding bekerja sama.

"Saya melihat [tindakan] ini muncul karena informasi yang terbatas dan horizon kalkulasi strategis yang pendek," kata Randy.

Namun apakah aksi berburu kelinci ini akan berlanjut setelah pandemi usai sehingga mengubah secara drastis tatanan hubungan internasional, Randy juga tidak terlalu yakin.

"Pandemi ini adalah critical juncture. COVID-19 ini sebenarnya hadir dalam memberikan ruang perubahan dalam tatanan liberal yang selama ini didominasi Barat."

"Jadi [kondisi hubungan internasional] nanti sangat bergantung pada kekuatan siapa yang dominan di akhir masa pandemi ini," imbuhnya.

Masa depan hubungan Australia-Indonesia

Pandemi COVID-19 juga tanpa kecuali mempengaruhi hubungan bilateral Australia-Indonesia.

Jika Amerika Serikat sempat bersitegang dengan Jerman, Perancis, dan Kanada soal pasokan peralatan medis, penarikan sementara Duta Besar Australia untuk Indonesia, Gary Quinlan, diwarnai masalah kepercayaan antara dua negara.

Penarikan sementara tersebut diumumkan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) pada 9 April 2020 sebagai bentuk pencegahan penularan virus corona.

"Berdasarkan saran medis, Duta Besar Australia untuk Indonesia, Gary Quinlan AO, untuk sementara dipindahkan ke Australia. Duta Besar Quinlan akan terus mengawasi kegiatan kedutaan besar dari Australia," tulis Deplu Australia di laman resminya.

"Ini murni tindakan pencegahan," kata Australia menjelaskan alasan penarikan sementara Dubes Quinlan.

Namun, di saat yang sama, Kedutaan dan Deplu juga mengeluarkan peringatan kepada warga Australia untuk meninggalkan Indonesia "selagi masih bisa" karena alasan standar layanan kesehatan setempat.

Dalam konteks itu, keputusan untuk menarik duta besar dimaknai sebagai kurangnya kepercayaan pada kesiapan Indonesia dalam penanganan COVID-19 yang diperkirakan bisa memakan korban hingga 120.000 orang.

Keprihatinan Australia terhadap situasi di Indonesia sekaligus uluran dukungan juga dikemukakan Perdana Menteri Scott Morrison dalam wawancara dengan stasiun TV SBS (15/04).

"Apa yang terjadi di Indonesia sangat memprihatinkan," kata Scott Morrison. "Besarnya tantangan yang mereka hadapi jauh melampaui apa pun yang dapat dibayangkan oleh Australia."

"Kita perlu berada bersama mereka dan memberikan dukungan yang dapat kita lakukan. Tetapi besarnya tantangan di Indonesia memang tidak pernah kita saksikan sebelumnya di zaman ini," tambahnya.

Tetapi Kementerian Luar Negeri Indonesia sudah telanjur kecewa pada Canberra yang dianggap tidak melakukan apapun untuk memperbaiki pelintiran media yang menyebut alasan ketidakmampuan Indonesia dalam mengatasi pandemi corona sebagai alasan penarikan Gary Quinlan.

"Dari sudut pandang kementerian luar negeri, kami memahami situasinya dan bahwa [penarikan] itu karena alasan kesehatan, tetapi tentu saja kami tidak senang melihat perkembangan seputar berita tersebut. Semua orang diam di Canberra," kata Mahendra Siregar, Wakil Menteri Luar Negeri RI kepada harian The Australian (16/4/2020).

"Ini adalah pandemi global dan saya pikir kita semua paham bahwa kita seharusnya berada dalam situasi ini bersama-sama dan saling mendukung. Tidak kurang," sambung Mahendra.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: