Bank Indonesia Semangat'45, Tapi Rupiah Tak Bertenaga Lawan Dolar AS
Kebutuhan menjaga stabilitas ekonomi di tengah pandemi corona membuat permintaan mata uang safe haven, dolar AS, kian tinggi. Akibatnya, mata uang Paman Sam itu menguat di hadapan hampir semua mata uang, termasuk dolar Australia, euro, dolar New Zealand, dolar Kanada, dan franc.
Mayoritas mata uang Benua Kuning juga tertekan di hadapan dolar AS, misalnya dolar Taiwan, baht, dolar Singapura, dolar Hongkong, dan rupiah. Hanya mata uang Negeri Sakura, yen, yang masih unggul tipis terhadap dolar AS. Perlu diketahui, pada perdagangan spot Jumat (24/04/2020), rupiah menjadi salah satu mata uang yang paling tak bertenaga di hadapan dolar AS.
Baca Juga: Disuntik Optimisme Bank Indonesia, Dolar AS Tahan Rupiah di Zona Merah
Terhitung sampai pukul 09.20 WIB, rupiah memerah hingga -0,81% ke level Rp15.525 per dolar AS. Padahal, pagi tadi rupiah masih bertengger di angka Rp15.400 per dolar AS. Pelemahan rupiah juga terjadi di hadapan dolar Australia (-0,52%), euro (-0,75%), dan poundsterling (-0,84%).
Dengan kekuatan yang ada, rupiah bertengger menjadi mata uang terlemah kedua di Asia setelah ringgit (0,20%). Itu artinya, rupiah keok di hadapan yen (-0,81%), dolar Hong Kong (-0,81%), dolar Taiwan (-0,76%), yuan (-0,69%), dolar Singapura (-0,66%), yuan (-0,64%), won (-0,48%), dan baht (-0,27%).
Baca Juga: Habis Gelap Terbitlah Terang: Unggul di Asia, Rupiah Tukar Posisi dengan Dolar AS
Kendati bergerak dengan kecenderungan melemah, optimisme bahwa rupiah akan bangkit ke level Rp15.000 terus digaungkan oleh Bank Indonesia (BI). Dalam konferensi pers virtual, Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan bahwa rupiah bergerak stabil dan secara fundamental juga masih kuat.
"Kami yakini secara tren, secara fundamental, nilai tukar rupiah itu undervalue. Dengan berbagai indikator, kami yakini (rupiah) akan bergerak menguat,” jelas Perry beberapa waktu lalu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih