Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kini Jadi Pandemi, Siapa Pasien Pertama Covid-19?

Kini Jadi Pandemi, Siapa Pasien Pertama Covid-19? Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bayangkan menjadi orang pertama. Di tahap awal. Yaitu, orang pertama yang mengalami gejala Covid-19. Waktu itu belum disebut demikian. Orang ini mungkin mengira bahwa dia hanya kena flu biasa.

Dia tidak tahu bahwa virus itu akan menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia, menyebabkan ratusan ribu orang meninggal dan memicu kekacauan ekonomi. Kita hanya bisa membayangkan karena kita tidak tahu pasti siapa pasien pertama tersebut. Sampai saat ini.

Baca Juga: Duh, Pasien Tewas Akibat Corona di Dunia Kini Lampaui 190 Ribu Orang

Yang kita ketahui, orang ini berasal dari Provinsi Hubei di China dan kemungkinan besar tinggal di Kota Wuhan. Dari situlah, virus ini perlahan-lahan menyebar kemana-mana.

Pada 31 Desember 2019, saat dunia bersiap menyambut tahun baru, China menyampaikan laporan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai adanya beberapa kasus pneumonia aneh di Wuhan. Itu terjadi sejak 12 Desember.

Penyakitnya menyerupai SARS. Mereka yang terserang mengalami batuk kering, demam, badan terasa sakit, dan tidak enak badan. Apakah ini akan jadi wabah penyakit baru setelah SARS yang telah menewaskan 770 orang di dunia antara tahun 2002 dan 2003? Saat itu negara-negara Asia siap sekali menanggulanginya.

Laporan China ke WHO saat itu menyebutkan bahwa penularan virus baru ini tidak ditandai dengan penularan dari manusia ke manusia. Mereka mungkin saja tidak keliru saat itu. Meskipun hampir tidak mematikan seperti SARS, virus misterius ini sangat menular-seperti belakangan kita ketahui.

Misteri sebuah pasar di Wuhan

Pada Januari, pihak berwenang setempat menutup Pasar Makanan Hasil Laut Huanan setelah dua pertiga kasus awal Covid-19 dilacak berasal dari pasar hewan dan daging tersebut. Namun, dugaan bahwa di sinilah asal-usul Covid-19 berpindah dari hewan liar ke manusia tetap menjadi spekulasi.

Tim peneliti China mengklaim orang pertama yang didiagnosis dengan Covid-19 diidentifikasi pada 1 Desember 2019. Pasien pertama itu, katanya, sama sekali "tidak memiliki kontak" dengan Pasar Huanan.

Wu Wenjuan, dokter di Rumah Sakit Jinyintan Wuhan yang melakukan penelitian ini, menjelaskan bahwa pasiennya adalah seorang pria lanjut usia yang menderita penyakit Alzheimer. "Dia tinggal empat atau lima pemberhentian bus dari pasar itu. Karena dia sakit, sehingga bisa dikatakan dia tidak keluar rumah," katanya seperti dikutip BBC.

Jika dia adalah Pasien Pertama, genesis virus yang terkait dengan kelelawar kemungkinan bersembunyi di tempat lain. Pertanyaannya, di mana dan bagaimana virus itu bisa menyebar?

Menurut pakar epidemiologi dari Australia, Allen Cheng, dari perspektif epidemiologis, mengetahui sumber wabah ini sangat penting untuk mengawasi penyakit terkait hewan di masa depan. Namun, dia menegaskan bahwa untuk saat ini "asal-usul virus tidak sepenting kebutuhan untuk mengendalikan penyebarannya".

Steven Wylie, seorang pakar evolusi virus di Universitas Murdoch, mengatakan virus itu mungkin sudah lama ada di antara kita. "Kemungkinannya adalah bahwa virus corona ini sudah ada pada manusia sejak lama, lalu beradaptasi dengan inang barunya dari binatang liar," katanya.

"Kasus-kasus pertama diidentifikasi di Wuhan pada November, tapi mungkin sudah terjadi sebelum itu, dan virusnya mereproduksi dan menyebar di dalam tubuh manusia," jelasnya. "Ketika virus ini belajar untuk menyebar dari orang ke orang, hal itu menjadi masalah," tambah Wylie.

Rumor soal laboratorium di Wuhan

Pemerintah AS saat ini sedang menyelidiki teori lain yang jauh lebih kontroversial. Kepada media Fox News, Presiden Donald Trump mengatakan, "Makin banyak kita mendengar cerita, kita sedang melakukan pemeriksaan sangat teliti terhadap situasi mengerikan ini." Wakil Presiden Mike Pence bahkan lebih jauh menuntut China untuk "berterus terang".

Sentimen serupa disuarakan Mendagri Australia, Peter Dutton, yang menyebut China "berutang" kepada warga Australia yang meninggal akibat virus ini. Pemerintah China dan petugas laboratorium di Wuhan membantah keras bahwa pihaknya terkait dengan wabah itu.

Teori ini menyebutkan bahwa virus itu entah bagaimana dimanipulasi oleh para ilmuwan China. "Tidak ada bukti bahwa SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19 pada manusia, berasal dari sebuah laboratorium di Wuhan," jelas Profesor Edward Holmes dari Universitas Sydney.

Prof Holmes mengatakan bahwa kelimpahan, keanekaragaman, dan evolusi virus corona pada satwa liar menunjukkan penyakit ini muncul secara alami. "Namun, pengambilan sampel yang lebih besar dari spesies hewan di alam, termasuk kelelawar dari Hubei, diperlukan untuk menentukan asal-usul yang tepat," katanya.

Akan tetapi, Profesor Nikolai Petrovsky dari Flinders Unversity mengatakan meski sejauh ini belum ada bukti bahwa virus ini hasil manipulasi lab, hal itu pantas diselidiki lebih lanjut.

Mudik Tahun Baru Imlek

Virus baru dan sangat ganas ini secara diam-diam dan efektif menyebar di Wuhan dan wilayah sekitar yang padat. Pada saat yang bersamaan, banyak warga China mudik Tahun Baru Imlek pada tanggal 24 Januari. Ratusan juta warga China melakukan perjalanan pulang atau pergi ke luar negeri selama masa tersebut.

Ketika makin jelas virus ini baru dan berbahaya, pihak berwenang pun berusaha menghentikan dengan cara menyetop transportasi dan membatalkan kegiatan masyarakat. Namun, itu sudah terlambat untuk menghentikan jutaan orang yang telah menyelesaikan perjalanan mudik mereka.

Akan tetapi, pada tahap-tahap ini, dunia masih menganggap kejadian mengerikan ini sebagai "masalah China" sendiri. Negara-negara seperti Australia mulai memperhatikan dan bertindak, tapi di tempat seperti Italia dan Korea Selatan, kerusakan sudah terjadi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: