Industri manufaktur dalam negeri kian lemah akibat rendahnya permintaan terhadap barang produksi dalam negeri. Laporan IHS Markit menyebutkan purchasing managers' index (PMI) atau indeks manajer pembelian, yang menjadi indikator kinerja industri manufaktur Indonesia, menunjukkan tren menurun.
Kepala Ekonom IHS Markit, Bernard Aw menyatakan PMI Indonesia pada April 2020 berada pada level 27,5. Angka ini jauh di bawah bulan sebelumnya sebesar 43,5 dan terendah sejak 2011.
"Indonesia melaporkan penurunan terbesar secara keseluruhan di antara seluruh negara Asean. Hal ini merupakan dampak dari penutupan pabrik dan merosotnya permintaan," kata Bernard dalam risetnya, Selasa (5/5/2020).
Baca Juga: Duh, Daya Beli Buruh Tani Tergerus Hingga 1,73%
Ia mengatakan tidak hanya Indonesia, namun mayoritas seluruh perusahaan manufaktur Asean mengalami penurunan. Hal ini tampak dari PMI yang tercatat 30,7 pada April atau lebih rendah dari bulan sebelumnya 43,4. Penurunan ini bahkan terbesar sejak survei dimulai pada Juli 2012.
Bernard mengungkapkan situasi ini disebabkan penyakit virus corona (Covid-19) terus menghantam sektor manufaktur.
"Output, permintaan baru, dan ekspor semuanya menurun pada kisaran yang belum pernah terjadi sebelumnya, sementara kepercayaan diri perusahaan terkait dengan output pada tahun ini menurun ke posisi terendah baru," tambahnya.
Di wilayah lain, Myanmar mencatat penurunan kondisi operasional tiga bulan berturut-turut, dengan PMI jatuh ke rekor terendah baru sebesar 29.Dampak negatif Covid-19 juga dirasakan di Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Thailand.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: