Gila! Media Terbesar Filipina, ABS-CBN Dipaksa Berhenti Beroperasi, Ulah Rodrigo Duterte?
Media dalam bidikan Duterte
ABS-CBN pernah berhenti beroperasi ketika Maros memberlakukan status darurat militer pada 22 September 1972 dan mengambilalih semua stasiun media dan kantor berita di FIlipina. Pendudukan itu baru berakhir pada 1986 seiring dengan kemunculan gerakan Revolusi Kekuasaan Rakyat yang mengakhiri kekuasaan sang diktatur.
Awal tahun 2019 ABS-CBN sempat berusaha meredakan ketegangan dengan meminta maaf secara terbuka kepada Presiden Duterte. Namun Jaksa Agung Jose Calida bersikeras menuntut penutupan stasiun. Saat ini kasus tersebut masih dibahas di Mahkamah Agung.
ABS-CBN bukan kantor berita pertama yang terancam dibredel lantaran bersitegang dengan Duterte. Sang presiden juga gemar menyerang situs berita Rappler yang kerap merilis berita kritis terhadap pemerintah.
Akibatnya salah seorang jurnalis Rappler, Maria Ressa, dijebloskan ke penjara.
Kedua media dituduh melanggar larangan kepemilikan saham oleh pihak asing seperti yang tercantum di UU Siaran Publik. Namun ABS-CBN dan Rappler menepis tuduhan tersebut.
Ketika Jurubicara Kepresidenan Harry Roque mengklaim Duterte “sepenuhnya netral” dalam keputusan pemberedelan ABS-CBN, bagian pengecekan fakta di Rappler melabeli pernyataan tersebut “salah” dengan dibubuhi tautan berisi linimassa serangan sang presiden terhadap stasiun televisi tersebut.
Saat ini Filipina bertengger di urutan 136 dari 180 negara dalam Indeks Kebebasan Pers 2020 versi Reporters Without Borders.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: