Sepertiga Janda di Australia Jatuh Miskin di Kala Pandemi Virus Corona
Musim dingin di Australia kali ini dirasakan berbeda oleh anak-anak Suzanne Fahie, yaitu Charlie (12 tahun) dan Jasper (10 tahun). Setelah menunggu bertahun-tahun, mereka akhirnya bisa membeli baju hangat.
Keluarga Suzanne mengaku baru bisa membelikan anak-anaknya baju hangat setelah menerima tambahan tunjangan dari Pemerintah terkait COVID-19.
"Tunjangan tambahan COVID-19 memberikan manfaat sangat besar dalam kehidupan kami," ujar Suzanne kepada ABC.
Selain tunjangan rutin yang sudah ia terima, kini mereka mendapatkan tambahan AU$550 per minggu sebagai bantuan di tengah pandemi virus corona.
"Saya akhirnya bisa membeli pakaian musim dingin yang baru untuk anak-anak. Ini sudah lama tidak bisa saya lakukan," tambahnya.
Dia bersyukur dengan tambahan tunjangan sosial ini yang dia anggap semacam "udara segar". Tapi Suzanne menyadari hal ini tidak berlaku untuk selamanya.
"Rasanya luar biasa, tapi saya tahu ini tidak lama. Jadi saya berusaha agar jangan terlalu bergantung pada tunjangan tambahan ini," ujarnya.
Suzanne merupakan "single mother" atau ibu tunggal dari dua orang anak. Sehari-hari dia bekerja paruh waktu sebagai resepsionis dengan penghasilan sekitar AU$700 per minggu, sudah termasuk tunjangan reguler dan potongan pajak.
Dengan penghasilan sebesar itu, keluarga ini harus menyisihkan untuk sewa rumah. Sisanya tinggal sekitar AU$350 per minggu untuk biaya hidup.
Dengan sisa uang AU$350 per minggu, membuat keluarga ini berada di bawah batas garis kemiskinan di Australia. Mereka kekurangan AU$245 lagi untuk mencapai batas garis kemiskinan itu.
"Kami selalu khawatir setiap hari, jika anak-anak saya kehilangan kesempatan karena segala hal yang tak bisa saya beli," katanya.
Kondisi terburuk
Lebih dari sepertiga "single mother" di Australia atau 37 persen kini hidup dalam kemiskinan, menurut laporan baru dari Dewan Layanan Sosial Australia (ACOSS).
Laporan yang menganalisis data biro statistik (ABS) dari tahun 2017-2018 ini menyebutkan rumah tangga di mana perempuan sebagai pencari nafkah utama, berisiko lebih besar hidup dalam kemiskinan.
Kesenjangan itu bahkan lebih besar lagi bagi keluarga "single mother" yang memiliki anak-anak.
Disebutkan, 23 persen rumah tangga di mana perempuan adalah pencari nafkah, hidup dalam kemiskinan, dibandingkan dengan 10 persen rumah tangga yang pencari nafkah utamanya adalah laki-laki.
"Risiko di tengah pandemi saat ini yaitu para perempuan ini yang akan terdampak pertama kali dan paling buruk," kata CEO ACOSS Jacqueline Phillips.
Phillips mengatakan, jika nantinya tunjangan COVID-19 dihentikan dan tunjangan reguler dikembalikan ke tingkat sebelum pandemi, maka kaum perempuan akan sangat terpukul.
"Jika kebijakannya tidak tepat, kita akan mengalami penurunan partisipasi kerja perempuan, yang tentunya memprihatikan," jelasnya.
"Akibatnya kita juga akan melihat peningkatan kemiskinan di kalangan perempuan dan anak-anak mereka," tambahnya.
Perempuan Australia lainnya, Caryn Hearsch mengaku uang tambahan yang diterima selama pandemi ini membantu melunasi tagihan-tagihannya.
"Selama beberapa pekan ke depan, sudah aman. Semua tagihan saya akan terbayar," katanya.
Perempuan berusia 63 tahun ini kehilangan pekerjaannya sebagai sekretaris sekitar tujuh tahun lalu.
Dia sudah melamar sejumlah pekerjaan tapi belum berhasil dan kini masih memiliki dua tahun sebelum memasuki usia pensiun.
Sebelum COVID-19, sebagian besar tunjangan yang dia terima digunakan untuk membayar cicilan rumah sebesar AU$860 per bulan.
Ia membayar cicilan kredit itu dari tunjangan AU$540 yang dia terima setiap dua minggu, sisanya ia gunakan untuk keperluan lainnya.
Caryn mengaku bergantung pada kerabatnya untuk membawakan makanan. Dia bahkan menjual barang-barangnya di pasar akhir pekan dan di jejaring sosial.
Meski sulit, namun dia mengaku sudah terbiasa dengan kondisi seperti itu.
Bagi warga Australia yang kini kehilangan pekerjaan, hidup dari tunjangan sosial sangat memprihatinkan, apalagi jika tunjangan tambahan terkait COVID-19 nantinya dihentikan.
"Saya khawatir dengan mereka yang baru menganggur dan mendapatkan tunjangan AU$1,100 per dua minggu," kata Caryn.
"Jika dalam dua atau tiga bulan tunjangan tambahan itu dihentikan dan hanya menerima AU$540, apa yang akan terjadi dengan mereka," tambahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: