Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menyelamatkan Sektor Pertanian di Tengah Pandemi Covid-19

Menyelamatkan Sektor Pertanian di Tengah Pandemi Covid-19 Kementan | Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sektor pertanian yang cukup mengalami penurunan signifikan. Sub sektor tanaman pangan turun sebesar 0,54 persen dan sub sektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 2,30 persen. Penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) ini dikarenakan adanya penurunan harga di beberapa komoditas.

Ketua Asosiasi Hortikultura Indonesia, Anton Muslim Arbi mengungkapkan, turunnya harga komoditas harus segera dievaluasi.

"Karena memang dari dulu sebelum pemerintahan Jokowi ini masih zaman SBY, itu ada penandatanganan bilateral dan multilateral. Misalnya dengan ASEAN, perdagangan bebas. Kemudian memang menjadi persoalan yang mana belakangan ini dibicarakan Faisal Basri sebagai pengamat ekonom senior, bahwa kita menerima atau misalnya melakukan impor produk pertanian mencapai Rp30 triliun. Ini kan suatu angka yang luar biasa besar," katanya dalam keterangan tertulis, Minggu (7/6/2020).

Baca Juga: Masa Pandemi, Kinerja Pertanian Cemerlang Dongkrak Ekspor 12,66% dan Tekan Inflasi

Artinya, lanjut dia, dengan jumlah rakyat Indonesia tentunya kebutuhan konsumsi pertanian besar. Kemudian BPS merilis data yang memperlihatkan data sektor pertanian kita itu anjlok menurun.

"Saya khawatir ini ada semacam kartel yang bermain. Kartel ini kan maaf ya, itu mudah sekali kartel memanfaatkan permainan ini untuk menggenjot hasil-hasil pertanian itu dari luar impor kemudian ada rente yang didapatkan, lalu rente-rente itu jadi biaya-biaya politik dan lain sebagainya. Ini juga menjadi masalah," kata Anton.

Kementerian Pertanian (Kementan) pun menyatakan upaya penanganan pangan dengan menyiapkan tiga strategi saat menghadapi new normal atau kenormalan baru. Adapun, peningkatan nilai tukar petani (NTP) akan masif dilakukan dengan menaikkan harga jual gabah sehingga target penambahan NTP menjadi 103 poin, lebih tinggi dari beberapa waktu sebelumnya, atau sebesar 102,09 poin.

Baca Juga: Tahan Banting dari Covid-19, Ekspor Pertanian Tumbuh 12,66 Persen

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menerangkan strategi pertama yaitu agenda SOS, atau emergency yang ditemukan ketika harga ayam sempat jatuh beberapa waktu lalu. Bagi peternak, ayamnya akan dibeli oleh mitra dan difasilitasi penyimpanan berpendingin oleh pemerintah.

Dia menegaskan, penurunan NTP bukan disebabkan oleh hasil produksi petani tidak akurat namun karena dampak COVID-19 yang menyebabkan pelambatan transportasi, distribusi, dan pembatasan berbagai akselerasi kemasyarakatan (pembatasan sosial skala besar/PSBB).

Karena adanya berbagai pembatasan dalam menghadapi COVID-19 menyebabkan NTP mengalami penurunan dan harus ada solusi penyikapan yaitu membangun stok penyangga atau buffer stock untuk 11 komoditas pangan, lalu pengembangan pasar dan toko tani, jaring pengaman sosial bagi petani, menjaga stabilitas harga.

Strategi kedua agenda jangka menengah yaitu memaksimalkan ekspor dengan mengintervensi industri agrikultur agar tidak memecat karyawannya. Juga relaksasi terhadap padat karya melalui pemberian bibit atau benih sehingga produksi komoditi tetap berjalan.Ada juga agenda jangka panjang yaitu meningkatkan produksi pertanian.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: