Pertamina menjadi satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk daftar Top 500 Fortune Global 2019. Peringkat Pertamina melonjak dari posisi 253 tahun 2018 menjadi 175 tahun lalu, atau naik 78 peringkat.
Bahkan Pertamina mengalahkan raksasa e-commerce asal China, Alibaba Group milik Jack Ma dan raksasa AS, Facebook milik Mark Zuckerberg. Alibaba Group berada di posisi 182 dan Facebook di peringkat 184.
Pencapaian tersebut membuktikan bahwa perusahaan BUMN mampu menjadi perusahaan bergengsi dan disegani, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di mancanegara. Catatan khusus adalah lonjakan pesat peringkat Pertamina dalam daftar Top Fortune Global 500.
Baca Juga: Mulai Ngantor, Pertamina Wajibkan Pekerja Bawa Hasil Rapid Test
Piter Abdullah, ekonom senior yang juga dosen Perbanas, menyebut, capaian yang diperoleh Pertamina layak diapreasi karena merupakan BUMN dengan nilai kapitalisasi terbesar, yang punya sejarah panjang bisnis migas.
"Pertamina adalah BUMN dengan nilai yang terbesar. Tentunya kita harus apresiasi prestasi ini," ucap Piter, Rabu (10/6/2020).
Saat ini Pertamina tengah mengalami tantangan untuk memindahkan subsidi BBM tepat sasaran, di mana premium tidak lagi dikonsumsi untuk kendaraan pribadi. Dengan menggunakan BBM nonsubsidi, selain menciptakan udara bersih, juga agar subsidi BBM tidak dibakar orang kaya. Subsidi pun dapat dialihkan untuk sektor kesehatan masyarakat yang terdampak Covid-19, juga untuk pekerja yang terkena PHK.
Yang pasti, ditegaskan Piter, sesungguhnya kinerja pertamina masih jauh di bawah potensinya. Dengan diberi kepercayaan lebih besar, segala potensi dapat dioptimalkan. Karena itu, Pertamina seharusnya juga tidak dinilai dengan membandingkannya dengan BUMN lain, tetapi dengan perusahaan sejenis khususnya di kawasan.
Bahkan, kalau dibandingkan dengan Petronas, apalagi dengan pengalaman, usia, dan potensi yang dimiliki, seharusnya Pertamina adalah yang terbesar dan terbaik di Asean.
Apa yang diraih Pertamina merupakan bagian penting dari perbaikan yang sudah dijalankan. Karena itu, harus terus diberi peran agar makin besar berkontribusi pada negara dan pertumbuhan ekonomi.
Kata Piter, perbaikan pengelolaan BUMN sangat diperlukan bila ingin meningkatkan kinerja BUMN. Pasalnya, diakuinya, saat ini BUMN masih mendua, antara pelayanan publik dan bisnis murni yang berorientasi keuntungan.
Nah, selama masih mendua seperti ini sulit untuk optimal. Di sisi lain, mengubah BUMN menjadi entity bisnis murni juga tidak mudah. Tantangannya akan sangat banyak. Amanah konstitusi tentang pengelolaan kekayaan negara untuk rakyat Indonesia menyebabkan sulit untuk mengubah peran BUMN. Karena itu, langkah konsolidasi, perampingan yang dijalankan Pertamina tepat dan perlu diperkuat agar semakin maksimal.
"Kebijakan konsolidasi, perampingan usaha dan lainnya itu menurut saya diperlukan," kata Piter.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: