Ia pun menambahkan, dalam melaksanakan paket stimulus sebuah krisis, analisis risiko yang dibutuhkan juga mencakup koordinasi, dampak spilloer, kelancaran transaksi hingga kebijakan fiskal setelah krisis.
Negara-negara maju sudah biasa menggunakannya, misalnya guidebook strategi untuk langkah-langkah stimulus yang dirilis oleh OECD. Saat ini, masyarakat prasejahtera, masyarakat dengan keterampilan terbatas, dan buruh yang dirumahkan, harus diberikan bantuan langsung tunai.
Bukan hanya saja karena BLT akan mereka langsung gunakan untuk konsumsi yang menggenjot perekonomian, tetapi juga mereka menghadapi risiko paling tinggi di tengah krisis.
Adapun pemerintah menyiapkan paket stimulus dengan tujuan untuk mengurangi dampak ekonomi akibat pandemi. Saat ini perekonomian Indonesia terancam menghadapi pertumbuhan negatif karena angka pengangguran dan kemiskinan diprediksi akan melonjak akibat menurunnya penawaran dan permintaan di pasar.
Bank Dunia memprediksi akan terjadi kontraksi ekonomi sebesar 3,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sedangkan Kementerian Keuangan memprediksi ekonomi akan negatif sebesar 0,4%. Hal ini menunjukkan performa perekonomian Indonesia yang turun dan mengakibatkan penurunan produksi nasional, yang biasa diukur oleh PDB.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti