Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nadiem sebagai Mendikbud Tak Sehebat Nadiem CEO Gojek

Nadiem sebagai Mendikbud Tak Sehebat Nadiem CEO Gojek Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menyampaikan Program dan Kebijakan Pendidikan Tinggi bertajuk Merdeka Belajar: Kampus Belajar di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Jumat (24/1/2020). Program dan kebijakan tersebut terdiri atas empat pokok yakni Pembukaan Program Strudi Baru, Sistem Akreditasi Perguruan Tinggi, Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum, dan Hak belajar tiga semester di luar Program Studi. | Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warta Ekonomi -

Nadiem Anwar Makarim genap berusia 36 tahun pada 4 Juli 2020 kemarin. Banyak doa dan ucapan selamat disampaikan ke menteri termuda di Kabinet Indonesia Maju ini. Banyak juga harapan yang diucapkan agar Nadiem segera menunjukkan kinerjanya. Sebab, banyak yang menilai Nadiem sebagai Mendikbud tak sekinclong Nadiem saat membangun Gojek.

Saat di Gojek, Nadiem berhasil membuat perusahaan ojek online itu besar. Tangan dingin Nadiem mampu menerbangkan Gojek hingga ke negeri tetangga seperti Singapura, Vietnam, dan Thailand. Bahkan, bisnis uang elektronik (GoPay) juga semakin menjanjikan. Di tengah ketergantungan masyarakat menggunakan ojek online, GoPay laris manis digunakan masyarakat.

Baca Juga: Nadiem Makarim Dipuji sekaligus Dikritik oleh Rektor UI

Sementara di posisi Mendikbud, Nadiem kurang kinclong. Banyak masalah pendidikan yang belum berhasil dia selesaikan. Mulai dari belajar online, biaya kuliah, dan soal penerimaan siswa baru.

Mantan ketua DPR Marzuki Alie mengkritik Nadiem yang tidak profesional memimpin Kemendikbud. Menurutnya, pendidikan daring yang tidak merata di banyak tempat menjadi masalah serius.

"Listrik masih byarpet, sinyal internet yang masih parah, kuota internet yang mahal, ditambah kesiapan guru/dosen adalah masalah-masalah pendidikan yang belum tampak progres di masa kepemimpinan Mas Nadiem," cecarnya.

Marzuki juga mempertanyakan istilah Merdeka Belajar yang belum sama pemahamannya dan kapanĀ  bisa diwujudkan?

"Demikian pula Kampus Merdeka, sejauh mana Kampus Merdeka itu, jangan-jangan nanti justru bukan merdeka tetapi semakin terbelit dengan berbagai aturan," ungkapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: